Test Pack....
Siapa tak mengenal benda satu ini.. Pastilah setiap wanita yang baru menikah ataupun sudah lama menikah sering menggunakannya. Menatap dengan harap-harap cemas saat alat ini beraksi tentunya menjadi pengalaman menyenangkan sekaligus menegangkan. Itulah yang di alami oleh Tata, seorang tokoh utama dalam novel Test Pack karya Ninit Yunita ini.
Pengarang : Ninit Yunita
Penerbit : Gagas Media
Cetakan kedua, September 2005
230 hlm
Saya membaca buku ini agak terlambat memang, melihat buku ini terbit tahun 2005. Terima kasih untuk Aurora yang sudah meminjamkannya lewat pinjam buku.org.
Tata
atau nama lengkapnya Arista Natadiningrat, seorang pengacara berusia 32
tahun yang sudah 7 tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak.
Begitu inginnya dia punya anak sehingga dia kadang-kadang cemburu pada
teman-temannya yang kebanyakan sudah pada punya anak. Bahkan kucing
tetangga sebelahpun dia cemburui karena si kucing bisa bunting.
Suaminya,
Kakang alias Rahmat Natadiningrat adalah seorang psikolog yang meski
juga menginginkan untuk punya anak namun tidak terlalu heboh seperti
istrinya.
Buku ini bercerita silih berganti dari sudut Tata dan
Kakang di setiap babnya. Sebenarnya bahasanya sama saja, yang membedakan
hanyalah Tata menyebut dirinya gua, sedang Kakang menyebut dirinya gue.
Menampilkan kehidupan khas ibukota, benar-benar metropop, apalagi
dengan selipan2 percakapan dalam Bahasa Inggris. Namun bagi saya agak
mengganggu juga saat membacanya dengan seringnya saya menemukan
kata-kata yang sama. Namun tak apalah, karena hal tersebut membuat novel
ini menjadi bacaan ringan namun sarat pesan moral.
Kembali ke kisah Tata dan Kakang, kehidupan mereka mulai goncang
ketika akhirnya ketahuan bahwa Kakang ternyata infertil. Dengan
kenyataan ini, sanggupkah mereka mempertahankan komitmen mereka?
Berikut penggalan akhir dari novel ini :
"
Sebagian dari kita mungkin ada yang mencintai seseorang karena keadaan
sesaat. Karena dia baik, karena dia pintar, even mungkin karena dia
kaya. Tidak pernah terpikir apa jadinya, kalau dia mendadak jahat,
mendadak tidak sepintar dahulu, atau mendadak miskin.
Will you still love then, then?
That's why you need commitment.
Don't love someone because of what/how/who they are.
From now on,
start loving someone,
becuse you want to. "
Nah, setelah membaca novel ini saya jadi bertanya-tanya pada diri saya, sudah sejauh mana usaha saya dalam menjaga komitmen keluarga kami Kadang-kadang masalah kecil saja membuat saya sering salah paham dengan suami, meski dengan semakin meningkatnya usia pernikahan akhirnya "syukurlah" bisa membuat kami menjadi lebih dewasa. Apalagi setelah merasakan sendiri repotnya punya bayi...
Ohh,, thanks my hubby for everything... untuk semua kebersamaan yang telah dan akan kita lalui, terima kasih untuk selalu ada di samping saya...
Mumpung belum jam 12 malem, kuucapkan :
happy anniversary ya, berawal dari review buku eh berakhir happy ya :)
BalasHapusHehe.. Makasih mak... sebenarnya sudah hampir terlupakan, pas ngeliat tanggal baru ngeh.. hehehe..
Hapus