Kenapa judulnya “bonus yang
berbonus”?
Hehe.. Mari saya ceritakan.
Seperti saya kisahkan sebelumnya,
setelah mengalami 2 hari seminar + ujian yang sungguh melelahkan dan
menegangkan, maka kamipun di beri bonus wisata ke Raja Ampat sehari penuh.
Tentu saja ini merupakan hal yang sangat menyenangkan, karena kami jelas
membutuhkan refreshing untuk menenangkan otak yang mumet.
Pagi-pagi benar pukul 04.30 saya
sudah bangun, menyiapkan bekal dan persiapan untuk ke Raja Ampat. Maklumlah
mak-mak, jadi persiapannya ribet karena saya mengangkut si kecil + suami.
Bersama seorang teman yang juga
membawa keluarganya (anak + suami), maka kami turun bersama-sama ke pelabuhan
Dom tempat kapal yang kami gunakan berlabuh. Kami menyewa speed milik SAR yang
lumayan besar bisa mengangkut ± 150 orang. Sekitar pukul 07.30 kapal berangkat
menuju ke Raja ampat. Tujuan kami sebenarnya adalah Wayag, sebuah tempat wisata
yang sangat terkenal di Raja Ampat, namun sayang sekali sementara ini Wayag
masih ditutup untuk kunjungan wisata. Jadilah kami berencana menuju ke Pyanemo,
sebuah tempat yang hampir mirip Wayag.
Setengah jam pertama perjalanan
semua masih aman, namun tiba-tiba cuaca mulai berubah buruk, hujan dan angin
mulai mendera, mengakibatkan ombak mulai bergejolak pula. Para penumpangpun
mulai merasa pusing. Kami, yang notabene emak-emak yang membawa anaknya awalnya
berada di kamar ABK di dek bawah akhirnya pada keluar kamar menuju ke dek atas
karena di bawah terasa sekali goyangannya yang semakin membuat pusing. Wilda,
gadis kecil saya mulai menatap saya dengan pandangan sayu dan saya tahu
pandangan itu adalah berarti dia mau muntah. Untunglah saya sudah menyiapkan
kantong untuk muntah. Setelah Wilda berhoek-hoek, giliran Deva anak teman saya
Mia yang muntah, dan kemudian menyusul anak-anak lain, bahkan orang dewasapun
mulai bermuntahan di luar sana. Mia dan suaminyapun turut muntah menemani
anaknya (biar solider sama anak katanya hehehe…)
Saya sendiri masih berusaha untuk
menahan agar jangan sampai ikutan muntah. Hingga akhirnya tibalah kami di
Pyanemo setelah 5 jam tersiksa dalam kapal. Sayang sekali, cuaca yang buruk tak
bisa membuat kami mendarat, karena selain kapal tak bisa merapat, tak ada speed
kecil yang menjemput kami. Menurut sang guide (penunjuk jalan), biasanya ada 2
buah speed yang siap menjemput penumpang di pulau tersebut. Tapi mungkin karena
cuaca yang kurang bagus, hari itu speed tak beroperasi. Sebuah perahu karet
sempat diturunkan dari kapal kami, namun hanya berlayar beberapa meter,
teman-teman yang naik perahu karet itu kembali karena mesin perahu itu
kondisinya lagi kurang bagus.
Jiyaah… jauh-jauuh kami datang,
dan tak bisa turun pulak.. Sebeel, tentu saja. Tapi apa mau dikata.
Setelah berlabuh mungkin sekitar
20 menit, kapten kapal mengambil keputusan untuk berbalik arah pulang. L
Kapal kembali berjalan, tentu
saja masih dengan keolengan yang menyiksa. Penumpang masih ada yang muntah
hingga 2 jam kemudian kapal tersebut merapat di sebuah perkampungan penduduk
yakni di Kampung Yembuba. Kami akhirnya turun juga dari kapal meski masih
gerimis. Wisata di pulau ini adalah hamparan pasir putih yang sangat panjang
dan begitu bersih. Kekecewaan kami terobati, dan kamipun menikmati berenang dan
bermain di sepanjang pantai tersebut, meski hanya diberi waktu setengah jam
oleh orang kapal, karena perjalanan pulang masih jauh, dan sang Kapten tak
ingin kemalaman tiba di Sorong.
Puas menikmati wisata singkat
tersebut, kami kembali ke kapal yang ternyata sudah dibersihkan oleh ABK dari
muntahan-muntahan para penumpang hehehe… Karena lantai masih basah, kamipun
menikmati makan sore di jembatan.
Pukul 5 sore kapal kembali
berlayar pulang. Namun sayang sekali perut yang sudah diisi tadi tak juga mau
berkompromi. Begitu sang Kapten melajukan kapalnya dengan menaikkan kecepatan,
penumpang kembali diserang penyakit yang sama seperti tadi. Tiga jam perjalanan
pulang dihiasi dengan hoek-hoek di sana-sini. Wajah-wajah pucat pasi
bertebaran, diiringi pula dengan wajah-wajah yang terkantuk-kantuk. Wilda yang
tadi begitu ceria berlarian di pantai bersama Deva juga kembali muntah.
Untunglah sehabis muntah dia langsung tidur di pangkuan saya jadi tak begitu
merepotkan.
Tiba di pelabuhan sekitar pukul 8
malam, masih dengan kepala agak oleng-oleng kami masih harus naik motor ke
rumah yang berjarak sekitar 45 menit.
Ahh… benar-benar perjalanan bonus
yang berbonus, sayang bonus dari bunusnya itu kurang menyenangkan. Hiksss…
Wah sayang bgt ya mak pdhl udh tgl selangkah lg.. Apa daya blm Rejeki insyaallah bisa segera balik lg. Jgn lupa sedia kantong byk2 kesian ABK nya nanti hehehe ;-)
BalasHapusYuup... Padahal dah deket banget.. Tp lumayanlah bisa numpang foto dari jauh aja.. :)
BalasHapusIya nih, Kesiaann para ABK yg ngebersihin kapal. :D