Matoa

Siapa tak kenal matoa??
Hehe.. pastilah banyak yang tak kenal, kecuali kalau kamu tinggal di Papua ataupun pernah ke Papua atau bahkan mendapat oleh-oleh ini dari Papua pastilah kenal matoa.
Sekilas namanya agak aneh juga ya.. matoa kok jadi mirip-mirip maitua (istri dalam bahasa Papua), atau kedengaran seperti mama tua..
Tapi matoa yang saya maksud adalah sejenis buah yang berasal dari Papua.
Sabtu kemarin kebetulan saya ke pasar seperti biasa, dan .... yihaaaa... apa itu di sana? Di pasar kecil yang luasnya tak sampai 20m persegi ini, di sebuah sudut saya menemukan buah ini kurang lebih 4 tumpuk. Segera saya mendekati penjualnya, dan membawa pulang 1 tumpuk (gak sampai sekilo)
1 tumpuk dihargai 10 ribu rupiah. Agak mahal memang, mungkin karena masih awal musim. Biasanya sih harganya hanya lima ribu rupiah. Tapi buah ini tidak seperti buah lainnya yang selalu berbuah setiap tahun. Kadang-kadang 2 tahun kemudian baru muncul lagi, kadang setahun, tidak tentulah..
Saya sendiri selama hampir 7 tahun tinggal di sini baru 4 kali (dengan yang ini) menemui musim matoa.
Bentuknya bulat eh lonjong kecil, serupa lengkeng, tapi isinya mirip-mirip rambutan. Kulit buahnya lebih tebal dari lengkeng, rasanya manis, kadang-kadang malah agak mirip-mirip durian. Karena kulit buah yang tebal ini maka buah matoa cukup awet bila di simpan. Bisa tahan sampai seminggu lho, itu tidak perlu di awetkan.
Buahnya ada beberapa jenis, ada yang hijau, ada yang kuning, adapula yang berwarna merah cenderung kehitaman. Saya sendiri paling suka yang kuning karena biasanya warna kuning itu yang paling manis. 

Dari om Wiki, saya ketahui kalau ternyata pohon ini bernama latin Pometia pinnata. Pohonnya tinggi dan berdaun rindang. Biasanya hidup di dalam hutan alias di rimba Papua, namun kini banyak pula yang di tanam di pinggir jalan sebagai pohon perindang.

Oh ya, untungnya kemarin sempat dipotoin sebelum di embat.. Hehehe..... :)

 

gambar dari sini