Sabtu, 18 Agustus 2012

Semarak Agustusan..............

Suasana 17 Agustus masih terasa. Tentu saja, kan baru lewat sehari hehehe....
Kemarin saya menyempatkan ikut Upacara 17-an di alun-alun kota kami.  Suasana upacara yang hikmat, pasukan Paskibra yang rapi dan keren-keren, pembacaan proklamasi, mengheningkan cipta, dan beberapa bagian dari upacara ini selalu saja membangkitkan semangat nasionalisme dalam diri saya. 
Padahal kemarin sebelum ikut upacara saya sempat kelimpungan, gara-gara lupa naruh baju Korpri di mana yang sedianya harus digunakan sebagai seragam. Untunglah setelah mengubek-ubek lemari, saya akhirnya menemukannya. Maklumlah, baju ini jarang di pakai, hanya dikenakan saat-saat tertentu saja misalnya saat upacara seperti ini.

suasana upacara kemarin...

Ketika mengikuti upacara kemarin itu, kembali terkenang di memori saya beberapa tahun lalu saat saya pulang ke kampung suami. Waktu itu kami baru menikah, jadilah kami bulan madu ke kampung halamannya sekalian mengenalkan diri pada keluarga besarnya. 
Nah, kebetulan waktu keberangkatan kami itu bertepatan dengan bulan Agustus. jadi sesampai di sana, di kampung kecil tersebut juga tengah mengadakan persiapan untuk menyambut 17 Agustus. 
Tiap sore lapangan kecil di sebuah SD satu-satunya sekolah di kampung itu menjadi ramai sebagai tempat warga kampung berlatih. Sebagian latihan jadi paskibra, sebagian latihan gerak jalan, ada pula yang latihan bernyanyi. Saya sempat heran melihat anak-anak yang begitu bersemangat, bahkan orang tua-tua pun tidak mau ketinggalan. Padahal kalau di bilang, kampung ini sangat kecil. Kalau saya perkirakan mungkin luasnya hanya 500 x 500 m2 saja. Tapi rumah-rumah agak berdekatan jadi cukup ramailah. Dan seperti saya bilang tadi, sekolah hanya satu, sebuah Sekolah Dasar saja. Jadi kalau ada yang ingin melanjutkan sekolah harus keluar kampung. Hanya saja sayangnya, ada juga beberapa anak yang terpaksa harus sekolah sampai SD saja karena tidak sanggup untuk bersekolah di luar dari kampung mereka. Fasilitas umum yang lain adalah sebuah Gereja, dan sebuah Puskesmas Pembantu. 
Kembali ke 17-an, tibalah hari H. Upacara diadakan di Lapangan SD tersebut. Semua warga kampung ikut ambil bagian. Ada suster satau-satunya yang bertugas di Pustu, guru-guru sekolah, Pendeta setempat, dan lain-lain. Eh, bahkan dapula yang bertugas seperti Pamong Praja atau  hansip atau apa ya istilahnya yang bertugas menjaga keamanan selama upacara berlangsung. Kepala Kampung yang memimpin upacara, seorang Bapak yang sudah agak tua bernama Bapak Unu, kadang lebih di kenal dengan nama Tete Unu karena sudah tua. (tete = kakek).
Upacara berlangsung begitu hikmatnya. Saya gak ikut, cuma nonton dari dalam rumah hehehe....
Bahkan menurut saya lebih hikmat dari semua upacara 17-an yang pernah saya ikuti dari kecil dulu. Hampir semua warga tumpah di lapangan tersebut untuk mengikuti upacara. Barisan paskibranya juga sangat bersemangat meskipun ada kesalahan beberapa kali. Namun pantaslah untuk dimaklumi karena mereka tidak di latih oleh pasukan tentara ataupun marinir hehehe...
Sehabis upacara, mulailah keramaian berikutnya. Anak-anak kecil dengan berseragam sekolah mulai berbaris, gerak jalan keliling kampung. Ada anak kecil yang belum bersekolahpun dan saya perkirakan usianya baru 3 tahun tidak mau ketinggalan dan ikut-ikutan masuk dalam barisan mengenakan seragam SD yang kebesaran membuat kami tertawa terbahak-bahak.
Hehehe.. demikianlah semarak 17-an dari Kampung Hato Allang, Kab. Seram Bagian Barat, Maluku yang terekam dalam ingatan saya.
Bagaimana dengan tempat kalian sobs???

kampung suami, di poto dari atas bukit, waktu upacara lupa motoinnya.. :)



Wilda dengan semangat merah putih pengen hormat tapi gak bisa hehehe...

3 komentar:

  1. disini sepi aja tuh agustusannya, yang ramai dijalan karena macet :)

    BalasHapus
  2. hehehe... tiap2 daerah mang beda ya mbak...
    Oh ya, Selamat Lebaran ya Mama Cal-Vin,
    mohon maaf lahir batin....

    BalasHapus
  3. sy pas 17 agustus pas mudik.. jd rame di jalan aja krn padat.. :D

    BalasHapus