brosur SKPA |
Sebelumnya
akan saya jelaskan, SKPA atau Sertifikasi Kompetensi Profesi Apoteker adalah
sebuah kegiatan yang harus diikuti oleh setiap apoteker yang melakukan
pekerjaan kefarmasian. Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan
profesi, dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung setelah
melakukan registrasi. Sertifikat kompetensi profesi berlaku 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang untuk setiap 5 (lima) tahun melalui uji kompetensi profesi
apabila Apoteker tetap akan menjalankan Pekerjaan Kefarmasian. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan kefarmasian.
Sertifikat
kompetensi yang akan didapatkan setelah melalui ujian kompetensi akan menjadi
salah satu syarat dalam memperoleh STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) di
samping beberapa syarat lainnya.
Saya sendiri sudah pernah
mengikuti ujian kompetensi sebelumnya di tahun 2008 di Jayapura. Waktu itu
namanya adalah PUKA (Penataran dan Ujian Kompetensi Apoteker). Karena telah 5
tahun berlalu, jelas dikatakan bahwa sertifikat kompetensi saya telah mati
alias tidak berlaku lagi, jadi harus diperpanjang lagi. Dan jadilah saya beserta beberapa teman lain
menghitung-hitung jumlah apoteker di kota kami dan ternyata sebagian besar
memang telah mati sertifikatnya. Karena itu kami menncoba mengusulkan ujian
sertifikasi di provensi kami ke IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) Pusat meskipun
Pengurus Daerah kami belumlah dilantik. Mulailah kami bahu-membahu bekerja mempersiapkan
acara tersebut. Untungnya sebagian apoteker muda yang baru lulus dan belum
perlu memperpanjang sertifikatnya mau membantu menjadi panitia. Makasih
adik-adikku.. :)
Setelah bersibuk-sibuk ria
mencari dana, menghubungi hotel, menghubungi pihak assessor yang kami minta
dari Universitas Hasanuddin Makassar, menghubungi IAI Pusat, menyebar-nyebarkan
brosur dan info SKPA, mencari kapal, mempersiapkan ATK, penari dan bahkan
latihan Paduan Suara, tiba jugalah waktu-waktu yang dinantikan itu.
Dari perkiraan pertama 150
peserta, ternyata hanya 86 orang yang mendaftar dari seluruh daerah Papua Barat,
itupun sudah ditambah 1 orang dari Ambon, 2 dari Manado, dan 2 dari Nabire.
Jelas saja kami sangat khawatir akan kekurangan dana. Namun ternyata kami tak
kurang akal, dengan mengikutkan acara seminar dalam rangkaian ujian tersebut untuk
kegiatan hari pertama. Dan ternyata peserta seminar cukup membludak sehingga
bertambahlah pundi-pundi kas panitia. Kamipun bisa bernafas lega.
Tiba di acara pembukaan tanggal 7
November 2013, kami sempat harap-harap cemas lagi. Kami yang hanya beberapa
orang merasa tak berlatih dengan baik untuk lagu Hymne IAI yang harus
dinyanyikan di pembukaan acara. Mengapa kami cemas? Tak lain dan tak bukan
karena pembicara yang hadir adalah istri dari sang pencipta lagu. Tentunya kami
tak ingin membawakan lagu ciptaan suaminya dengan buruk. Tapi untunglah dengan
bakat dan kemampuan terpendam kami *qiqiqiq.. akhirnya Prof. Elly Wahyuddin memberikan
apresiasi atas Paduan Suara amatiran ini. :D
Selain lagu Hymne IAI, tentunya
tak lupa pula kami nyanyikam lagu Indonesia Raya dan Tanah Papua. Ketiga lagu
yang tentu saja selalu membuat kami merinding dan bangga menyanyikannya.
Setelah dibuka secara resmi oleh
Wakil dari IAI pusat dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Sorong yang mewakili
Walikota Sorong maka dimulailah acara di hari pertama itu.
Materi pertama diberikan oleh
Prof. Elly Wahyuddin dan ternyata tak samapai sejam beliau harus berhenti
karena mengejar pesawat untuk berangkat ke Batam. Materi kemudian dilanjutkan
oleh Ibu Prof. Maryanti Manggau dan
sebuah materi lagi dari dr. Syafruddin.
Setelah itu kami kemudian diberikan
penjelasan oleh tim assesor dari IAI Pusat mengenai metode ujian yang akan
berlangsung keesokan harinya.
Dan kembali mulailah perasaan
gugup dan cemas mendera. Sebelum pulang, kami diberi tugas merangkum materi
yang tadi diberikan untuk ditulis dalam “buku hijau”. Katanya batas nilai untuk
lulus ujian adalah 60. Nilai 40-60 akan mendapatkan pendampingan, dan di bawah
40 berarti tidak lulus. Sementara itu jika nilai mendekati 60 alias 59 bisa
saja lulus dengan bantuan dari si “buku hijau” jika buku tersebut dikerjakan
dengan baik.
Pulang ke rumah sudah pukul 7
malam, dan ternyata masih harus sibuk berhadapan dengan pasien-pasien semakin
membuat perut saya sakit karena merasa tak punya banyak waktu belajar
(bayangkanlah perasaan seseorang yang akan menghadapi ujian, benar-benar
tegang) mpppphhh…
Setelah dokter praktek dan pasien
pulang, serta apotek tutup di jam 10 malam, ternyata saya ingat bahwa saya
harus membuat kue untuk bekal hari Sabtu akan ke raja Ampat. Kami memang
menawarkan wisata ke raja Ampat sebagai bonus SKPA. Aarrghhhh… kecemasan saya
semakin menjadi-jadi.
Sambil membuat kue, saya
menyelesaikan buku hijau dan ternyata
itu sangat membantu karena sambil menulis, saya juga bisa sambil belajar. Dua buah cake peta (resep dari Mak Diah Didi)
selesai pukul 00.30 malam bersamaan dengan selesainya buku hijau saya. Saya masih begadang sebentar hingga pukul 2
dinihari untuk mendalami materi yang sekiranya akan diujiankan besok pagi.
Pagi-pagi benar saya bangun,
masih menyempatkan diri belajar dan pukul 6.30 saya bersama teman meluncur ke
hotel yang jaraknya sekitar 45 menit dari rumah saya. Sesampainya di sana sudah
banyak teman-teman lain menunggu, dan sebagian telah pula mendaftar untuk mendapatkan
nomor urutan masuk ujian. Betapa menegangkannya, menyaksikan hampir semua
apoteker-apoteker berkomat-kamit mulutnya menghadapi lembaran-lembaran kertas.
Karena masih menunggu seorang teman, saya belum berani juga mendaftar untuk
mendapat nomor urut awal, dengan pikiran bahwa semakin lama saya masuk maka
masih ada banyak waktu untuk belajar.
Karena sang teman yang ditunggu masih belum
datang juga, sayapun nekat mendaftar saja dan mendapat nomor urut 57. Hmm.
Semoga menjadi nomor keberuntungan. *ketjup angka 57.
Dalam ruangan ujian, meja telah
diatur seperti berikut ini.
Jadi setiap orang akan berpindah
meja setiap 10 menit saat lonceng berbunyi.
Meja I merupakan soal wawasan
(penguasaan materi) dalam bentuk pilihan ganda,
Meja II adalah screening resep,
yang mana kita di berikan sebuah resep dokter dan kita harus jeli memperhatikan
apa yang aneh dari resep tersebut.
Meja III adalah Compunding dan
dispensing, yakni kita menyiapkan obat dari sebuah resep, memberi etiket dan
juga membuat copy resep (makanan sehari-hari mah ini, tapi kalo gak teliti bisa
terjebak)
Meja IV adalah membuat PMR alias
Patient medical record. Dan ternyata
juga ada sebuah pertanyaan menjebak dalam sebuah studi kasus.
Meja V adalah KIE (Komunikasi,Informasi, Edukasi)
dan PIO (Pelayanan Informasi Obat). Di sini kita dihadapkan pada seseorang yang
bertindak sebagi pasien dan kita sebagai apoteker akan memberikan KIE tersebut,
namun yang membuat nyali ciut adalah di samping kita duduk pula si assessor
(penguji) untuk memberi nilai. Uuhh… perut saya makin melilit gemetaran.
Ketika tiba giliran saya untuk
maju, rasanya waktu 10 menit itu begitu cepat berlalu. Saya dengan cepat
berpindah dari satu meja ke meja berikutnya mengerjakan setiap soal-soal ujian.
Begitu mendekati meja akhir, saya semakin deg-degan. Tapi untunglah yang
menjadi pasien pura-pura saya sudah saya kenal. Maka ketika menghadapi meja
tersebut sayapun segera mengeluarkan kemampuan berakting yang mungkin saja bisa
dilirik sutradara sinetron.. hihihi… Sempat saya dibuat stress begitu melihat
resep dokter yang ternyata sengaja di buat salah untuk mengecoh. Yaah,
lagi-lagi memang dibutuhkan ketelitian meskipun dalam suasana tegang hal-hal
kacil sering terabaikan. Untunglah saya
bisa melalui semua itu. :)
Sehabis ujian, tim assessor di
bantu oleh beberapa adik apoteker yang tak ikut ujian mulai menghitung dan
mengumpulkan nilai. Kami akhirnya memiliki waktu untuk melepaskan stress dengan
berjalan-jalan ke mall yang letaknya persis di sebelah hotel (jangan membayangkan
mall-mall mewah seperti yang ada di ibukota, mall kami hanyalah sebuah mall
kecil, yang seorang anak kecilpun tak akan tersesat di dalamnya). Sepasang sepatu
dan selembar celana jeanspun meloncat ke dalam tasku. Hihihi… sepertinya ini
pelampiasan. Tapi tenang saja, saya selalu mencari barang-barang diskon. :)
Kembali ke hotel, ternyata kami
di sambut lagi dengan suasana harap-harap cemas. Sebenarnya kami sempat
membahas soal-soal ujian di luar, dan beberapa teman ada yang merasa khawatir
karena ternyata mereka salah waktu menjawab. Saya mencoba menghibur bahwa tak
usah takut, yakin saja pasti lulus. Tepat pukul 2 siang, mereka mulai memanggil
nomor-nomor yang nilainya tak mencapai 60. Panggilannya seperti ini :
06… silakan masuk
13.. silakan masuk..
Begitu seterusnya, hingga di
nomor 50an yang merupakan nomor saya.
51 silakan masuk.. (hati saya
mulai dag dig dug tak karuan…)
56 silakan masuk (huaaa…. Semakin mengerikan…)
59 silakan masuk (huaahhhhhh………….
Leganyaaaa….)
…. Dst
Meski ada beberapa teman saya
yang masuk ke dalam untuk mendapat pendampingan, namun saya bersyukur tidak
ikutan masuk. Bukannya saya senang ada yang masuk, aduh.. kok saya jadi merasa
serba salah gini.
Ah, lupakanlah itu. Entah apa
yang terjadi di dalam sana, karena kami langsung pulang, mengingat saya masih harus membuat sebuah cake
lagi, dan kami masih harus kembali sore harinya ke hotel untuk acara pelantikan
Pengurus Daerah IAI Papua Barat.
Pengurus Daerah Papua Barat
memang sudah terbentuk lewat Konferda sekitar 2 bulan sebelumnya. Dan mumpung
ada orang dari pusat datang, maka dirangkaikanlah kegiatan SKPA ini bersama
dengan kegiatan pelantikan. Para pengurus daerah dilantik oleh Sekjen IAI Bapak
Nurul…
Setelah melewati acara
pelantikan, kami sempat menari bersama sanggar seni Sinifagu. Dan terakhir
kamipun dibagikan sertifikat beserta transkrip nilai yang sudah ditunggu-tunggu
setelah sebelumnya diberikan bingkisan pada peserta yang mendapatkan nilai
tertinggi yakni teman saya dari Nabire, Rudy Tanumiharja (pria berkacamata ini
memang selalu juara dari kuliah dulu, kebetulan dia setingkat di bawah saya
waktu kuliah). Aarggh…leganya,
sertifikat sudah di tangan, dan kamipun pulang untuk bersiap-siap menuju ke
Raja Ampat keesokan harinya.
…. *bersambung
Berikut sebagian gambar suasana SKPA dan pelantikan...
Berikut sebagian gambar suasana SKPA dan pelantikan...
panitia bersama Prof. Elly
|
semangat para panitia |
sibuk belajar untuk ujian |
ujian KIE |
suasana ujian |
saya itu lagi serius :)) |
ujian KIE |
gak ada yang bisa nyontek kan? |
masih serius |
adik-adik yang sedang mencatak sertifikat |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar