Selasa, 08 April 2014

Kenali, Temukan...



Stroke, jantung, kanker dan beberapa penyakit umum lainnya, tentu sudah sering kita dengar sebagai penyakit-penyakit mematikan yang tentunya cukup mengerikan bagi kita. Namun pernahkan kita mendengan yang namanya penyakit TB?
Tuberkulosis (TB) atau yang dulu dikenal TBC adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). TB bukanlah disebabkan oleh guna-guna atau kutukan. TB juga bukan merupakan penyakit keturunan. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ atau bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll).
TB dapat menyerang siapa saja, terutama menyerang usia produktif/masih aktif bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak. TB dapat menyebabkan kematian. Apabila tidak diobati, 50% dari pasien akan meninggal setelah 5 tahun.
Penyakit TB ini sebenarnya sudah menjadi masalah dunia sejak dulu. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian terjadi akibat TB diseluruh dunia.  Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Dalam hal ini tentu saja termasuk negara kita Indonesia.
Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB besar. Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).
Munculnya HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB. Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani. 
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang.
Hiii… Cukup mengerikan bukan?
Coba lihat, contoh kecil adalah jika kita menonton tayangan sinetron kita, maka gambaran keluarga miskin yang paling sering muncul, sebuah keluarga dengan ayah atau ibu yang sakit-sakitan, yang paling banter sakitnya adalah batuk-batuk yang kemudian disertai darah. Darimana para sutradara bisa mengambil adegan tersebut? Secara tidak sadar, itu bisa saja merupakan gambaran penyakit TB. 
Nah, pasti mulut kita mulai membentuk huruf O dan berseru ,”Oooouu….”
Karena itu, yuk mari kita mengenal si TB ini lebih jauh.
Sebagai penyakit menular, penyebab TB yang paling utama adalah pasien dengan BTA positif. Eh, tunggu dulu… Apa pula ini BTA positif? 
Pasien dengan BTA positif itu adalah pasien atau orang yang sudah diperiksa dahaknya di laboratorium dimana hasilnya menunjukkan bahwa dahaknya itu positif mengandung kuman TB yang dibuktikan lewat pewarnaan BTA (Basil Tahan Asam). Nah, pada waktu bersin atau batuk pasien tersebut akan menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Hmmm… Lumayan juga ya…
Tapi tidak usah terlalu khawatir yah, jangan-jangan setelah membaca ini kita jadi takut alias paranoid berdekatan dengan orang yang lagi batuk.  Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Jadi, kita bisa tetap aman asalkan memperhatikan hal-hal tersebut.

Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpapar kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Sekarang, bagaimana cara kita mengenali seseorang mengidap penyakit TB?
Teman saya yang seorang petugas TB mengatakan kalau kita menemukan seseorang yang mengalami penyakit batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh selama kurang lebih dua hingga tiga minggu maka patutlah segera memeriksakan dahaknya. Apalagi jika gejala-gejala lainnya ikut bermunculan. Misalnya batuknya diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, serta mengalami demam meriang lebih dari satu bulan.

Tapi, gejala-gejala tersebut diatas dapat juga sih dijumpai pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Namun mengingat negara kita juga merupakan penyumbang penyakit TB terbesar di dunia, maka jika menemukan gejala-gejala tersebut, haruslah segera diminta untuk memeriksakan dirinya ke Unit Pelayanan Kesehatan yang terdekat. Paling mudah tentu saja adalah ke Puskesmas.


Menemukan pasien TB ini sebenarnya merupakan hal yang agak susah-susah gampang. Mengapa begitu? Soalnya jika kita sudah mendapatkan orang dengan gejala seperti yang disebutkan di atas, maka hal yang paling susah adalah mengajaknya untuk memeriksakan diri. Ada saja alasan yang dikemukakan. Selain alasan sosial yang mana masyarakat masih sering mengucilkan pasien TB, sering pula pasien menganggap remeh jika hanya mengalami batuk saja. “ Ah, Cuma batuk doang, gak pa-pa kok, ntar juga sembuh sendiri…”
Padahal, penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB. Jika saja pasien sudah ditemukan dan disembuhkan, maka hal ini tentunya akan berakibat besar dalam menurunkan angka kesakitan dan bahkan kematian akibat TB, dan tentu saja yang paling penting juga adalah kita bisa mencegah penularan TB di masyarakat.
Untuk menemukan pasien ini tentulah diperlukan strategi yang tepat. Selain usaha dari petugas kesehatan dalam hal promosi dan penyuluhan kesehatan, kitapun sebagai masyarakat umum perlu berperan aktif dalam meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB. (duh, kejam amat pake nama tersangka…) Maksudnya, kan petugas kesehatan tentunya tidak akan mampu menjaring semua pasien jika tidak ada kerjasama dari kita sebagai masyarakat yang berbaur langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dan lagi, jika si pasien tersebut ternyata positif mengidap TB jika sudah diperiksa, maka akan lebih gampang lagi menemukan yang lainnya, yakni dengan ikut pula memeriksa orang-orang dengan kontak yang sering dengan si pasien dan mengalami gejala yang sama. 
Jika hal tersebut sudah dilakukan, maka kita dengan langkah mudah sudah ikut membantu pemerintah dan bahkan negara kita ini untuk ikut andil dalam meningkatkan derajat kesehatan bangsa yang kita cintai ini. Kalau bukan kita, siapa lagi…? Kalau bukan sekarang, kapan lagi..?
;)


Catatan :
Sumber  : Buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis

">

5 komentar:

  1. Salam Tazim
    Batuk berdahak penyait yang sangat menjengelkan terkadang sangat menyusahkan, pengalaman batuk berdahak menjadi ancaman serius untuk saya jika minum dan makanan yang dingin apalagi jika dipagi hari sudah harus melawan angin dengan motor atau sedikit saja kepala terkena hujan penyakit itu selalu datang.
    Terima kasih informasinya ya semoga selelua mengingatkan sahabat akan bahaya TB
    Salam Takzim Batavusqu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sama-sama..

      Senang bisa ikut berbagi informasi.

      Hapus
  2. kenali, temukan dan sembuhkan ya :)

    BalasHapus
  3. aku suka takut kalau ada yang batuuuk...

    BalasHapus