Sabtu, 31 Mei 2014

Menaklukkan Tantangan TB/HIV

Sumber Gambar
Apakah yang dimaksud dengan HIV dan AIDS?

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan. Namun orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain.

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker. Stadium AIDS membutuhkan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh sehingga bisa sehat kembali.

Bagaimana HIV bisa ditularkan kepada orang lain?
  • Melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom sehingga memungkinkan cairan mani atau cairan vagina yang mengandung virus HIV masuk ke dalam tubuh pasangannya
  • Dari seorang ibu hamil yang HIV positif kepada bayinya selama masa kehamilan, waktu persalinan dan/atau waktu menyusui.
  • Melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV. Lewat pemakaian alat suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan, terutama terjadi pada pemakaian bersama alat suntik di kalangan pengguna narkoba suntik (penasun).

Apakah transfusi darah di fasilitas kesehatan berisiko menularkan HIV?
Tidak berisiko karena umumnya, Palang Merah Indonesia dan fasilitas kesehatan selalu melakukan pengecekan atau skrining HIV pada darah donor sebelum melakukan transfusi kepada orang lain. Darah tercemar HIV tidak digunakan.

Apakah infeksi HIV dapat dicegah?
Ya. dengan cara:
  1. Abstinence – Tidak berhubungan seks (selibat)
  2. Be Faithful – Selalu setia pada pasangan
  3. Condom – Gunakan kondom di setiap hubungan seks berisiko
  4. Drugs –  Jauhi narkoba

Bagaimana cara mengetahui status HIV?
Orang yang sedang dalam tahap HIV tidak bisa kita kenali. Mereka tampak sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun. Status terinfeksi HIV hanya dapat diketahui setelah mengikuti test HIV yang disertai konseling. Segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat (Klinik VCT) untuk tes HIV.

Apa yang dimaksud dengan tes HIV?
Layanan test HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT (Voluntary Counseling and Testing). Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi HIV di dalam sampel darah.  Tes HIV bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes HIV, akan dilakukan konseling untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dari perilaku selama ini dan bagaimana nantinya harus bersikap setelah mengetahui hasil tes HIV. Untuk tes cepat dapat juga digunakan tes usapan selaput lendir mulut (Oraquick)

Apakah ada pengobatan untuk HIV dan AIDS?
Terinfeksi HIV bukanlah vonis mati. AIDS dapat dicegah dengan pengobatan antiretroviral atau ARV. Pengobatan ARV menekan laju perkembangan virus HIV di dalam tubuh sehingga orang dengan infeksi HIV dapat kembali “sehat” atau ‘bebas gejala’. Namun virus HIV masih ada di dalam tubuhnya dan tetap bisa menularkan pada orang lain.

Apakah orang yang telah terinfeksi HIV boleh berkeluarga dan memiliki keturunan?   
Risiko penularan kepada pasangan melalui hubungan seksual dapat dicegah dengan penggunaan kondom. Pengobatan dengan ARV juga dapat menekan pertumbuhan virus HIV dalam tubuh manusia sampai ke batas yang tidak terdeteksi sehingga risiko penularan ke pasangan dapat dikurangi, namun harus tetap menggunakan kondom.
Orang yang telah terinfeksi HIV bahkan tetap dapat memiliki keturunan dengan aman. Melalui program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA/PMTCT), penularan HIV dari ibu ke anak saat kehamilan, melahirkan dan menyusui dapat dikurangi sampai 0%. Calon orang tua dapat menekan risiko penularan pada anak dengan mengetahui status HIV sejak dini. Berkonsultasilah dengan dokter yang merawat.

Apakah orang yang telah terinfeksi HIV perlu dihindari?
Anda tidak perlu menghindari orang yang telah terinfeksi HIV. Penularan HIV terjadi melalui cara-cara yang spesifik. Berinteraksi sosial dengan orang yang telah terinfeksi HIV tidak menyebabkan penularan HIV.

Mendobrak Mitos HIV:
  • HIV tidak menular di kolam renang umum
  • HIV tidak menular melalui batuk atau bersin
  • HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya
  • HIV tidak menular dengan berbagi alat makan bersama
  • HIV tidak menular karena berjabat tangan
  • HIV tidak menular karena berciuman

Adakah keterkaitan infeksi HIV dan Infeksi Menular Seksual?
Infeksi Menular Seksual atau IMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual baik melalui vagina, anus atau mulut. Orang yang mengidap IMS memiliki risiko yang lebih besar untuk terinfeksi HIV. Perlukaan pada kelamin karena adanya IMS dapat mempermudah seseorang tertular HIV saat berhubungan seks tanpa pengaman.
Gejala yang timbul tergantung pada jenis IMS yang diderita. Beberapa gejala IMS yang mungkin timbul adalah:  
·         Keluarnya sekret atau nanah dari penis, vagina atau anus
·         Nyeri atau terasa panas waktu kencing
·         Benjolan, bintil atau luka pada penis, vagina, anus atau mulut
·         Pembengkakan di pangkal paha
·         Perdarahan setelah berhubungan kelamin
·         Nyeri pada perut bawah (wanita)
·         Nyeri pada buah pelir

Penyakit IMS misalnya:
·         Sifilis
·         Kencing Nanah (Gonore)
·         Klamidia
·         Herpes Genitalis
·         Infeksi Trikomunas
·         Kutil Kelamin

  • Bila terdapat gejala di atas, jangan mengobati diri sendiri dengan obat bebas di pasaran. IMS itu mencakup banyak jenis penyakit. Segera periksakan diri anda ke layanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
  • Hindari hubungan seks atau gunakan kondom dalam hubungan seks selama masih dalam pengobatan. Agar infeksi tidak berulang, ajak pasangan untuk diperiksa dan diobati pula.
  • Bila IMS tidak mendapakan pengobatan yang tepat, dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV, kemandulan, keguguran, atau penularan IMS kepada pasangan atau bayi yang dikandung.

Pengobatan HIV:
Pengobatan HIV dan AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis, Psikologis dan Aspek Sosial yang meliputi pengobatan supportive (dukungan), pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik dan pengobatan antiretroviral.
ARV atau Antiretroviral
ARV merupakan singkatan dari Antiretroviral, yaitu obat yang dapat menghentikan reproduksi HIV didalam tubuh. Bila pengobatan tersebut bekerja secara efektif, maka kerusakan kekebalan tubuh dapat ditunda bertahun–tahun dan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga orang yang terinfeksi HIV dapat mencegah AIDS. Dengan semakin meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV tersebut, ARV memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat sehat melalui strategi penanggulangan AIDS yang memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan.
Hingga saat ini, ARV masih merupakan cara paling efektif serta mampu menurunkan angka kematian dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup orang terinfeksi HIV sekaligus meningkatkan harapan masyarakat untuk hidup lebih sehat. Sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan seperti diabetes, asma atau darah tinggi dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang pembunuh yang menakutkan

- See more at: http://www.aidsindonesia.or.id/contents/37/78/Info-HIV-dan-AIDS#sthash.moqqxVdx.dpuf
Apakah yang dimaksud dengan HIV dan AIDS?

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan. Namun orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain.

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker. Stadium AIDS membutuhkan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh sehingga bisa sehat kembali.

Bagaimana HIV bisa ditularkan kepada orang lain?
  • Melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom sehingga memungkinkan cairan mani atau cairan vagina yang mengandung virus HIV masuk ke dalam tubuh pasangannya
  • Dari seorang ibu hamil yang HIV positif kepada bayinya selama masa kehamilan, waktu persalinan dan/atau waktu menyusui.
  • Melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV. Lewat pemakaian alat suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan, terutama terjadi pada pemakaian bersama alat suntik di kalangan pengguna narkoba suntik (penasun).

Apakah transfusi darah di fasilitas kesehatan berisiko menularkan HIV?
Tidak berisiko karena umumnya, Palang Merah Indonesia dan fasilitas kesehatan selalu melakukan pengecekan atau skrining HIV pada darah donor sebelum melakukan transfusi kepada orang lain. Darah tercemar HIV tidak digunakan.

Apakah infeksi HIV dapat dicegah?
Ya. dengan cara:
  1. Abstinence – Tidak berhubungan seks (selibat)
  2. Be Faithful – Selalu setia pada pasangan
  3. Condom – Gunakan kondom di setiap hubungan seks berisiko
  4. Drugs –  Jauhi narkoba

Bagaimana cara mengetahui status HIV?
Orang yang sedang dalam tahap HIV tidak bisa kita kenali. Mereka tampak sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun. Status terinfeksi HIV hanya dapat diketahui setelah mengikuti test HIV yang disertai konseling. Segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat (Klinik VCT) untuk tes HIV.

Apa yang dimaksud dengan tes HIV?
Layanan test HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT (Voluntary Counseling and Testing). Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi HIV di dalam sampel darah.  Tes HIV bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes HIV, akan dilakukan konseling untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dari perilaku selama ini dan bagaimana nantinya harus bersikap setelah mengetahui hasil tes HIV. Untuk tes cepat dapat juga digunakan tes usapan selaput lendir mulut (Oraquick)

Apakah ada pengobatan untuk HIV dan AIDS?
Terinfeksi HIV bukanlah vonis mati. AIDS dapat dicegah dengan pengobatan antiretroviral atau ARV. Pengobatan ARV menekan laju perkembangan virus HIV di dalam tubuh sehingga orang dengan infeksi HIV dapat kembali “sehat” atau ‘bebas gejala’. Namun virus HIV masih ada di dalam tubuhnya dan tetap bisa menularkan pada orang lain.

Apakah orang yang telah terinfeksi HIV boleh berkeluarga dan memiliki keturunan?   
Risiko penularan kepada pasangan melalui hubungan seksual dapat dicegah dengan penggunaan kondom. Pengobatan dengan ARV juga dapat menekan pertumbuhan virus HIV dalam tubuh manusia sampai ke batas yang tidak terdeteksi sehingga risiko penularan ke pasangan dapat dikurangi, namun harus tetap menggunakan kondom.
Orang yang telah terinfeksi HIV bahkan tetap dapat memiliki keturunan dengan aman. Melalui program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA/PMTCT), penularan HIV dari ibu ke anak saat kehamilan, melahirkan dan menyusui dapat dikurangi sampai 0%. Calon orang tua dapat menekan risiko penularan pada anak dengan mengetahui status HIV sejak dini. Berkonsultasilah dengan dokter yang merawat.

Apakah orang yang telah terinfeksi HIV perlu dihindari?
Anda tidak perlu menghindari orang yang telah terinfeksi HIV. Penularan HIV terjadi melalui cara-cara yang spesifik. Berinteraksi sosial dengan orang yang telah terinfeksi HIV tidak menyebabkan penularan HIV.

Mendobrak Mitos HIV:
  • HIV tidak menular di kolam renang umum
  • HIV tidak menular melalui batuk atau bersin
  • HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya
  • HIV tidak menular dengan berbagi alat makan bersama
  • HIV tidak menular karena berjabat tangan
  • HIV tidak menular karena berciuman

Adakah keterkaitan infeksi HIV dan Infeksi Menular Seksual?
Infeksi Menular Seksual atau IMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual baik melalui vagina, anus atau mulut. Orang yang mengidap IMS memiliki risiko yang lebih besar untuk terinfeksi HIV. Perlukaan pada kelamin karena adanya IMS dapat mempermudah seseorang tertular HIV saat berhubungan seks tanpa pengaman.
Gejala yang timbul tergantung pada jenis IMS yang diderita. Beberapa gejala IMS yang mungkin timbul adalah:  
·         Keluarnya sekret atau nanah dari penis, vagina atau anus
·         Nyeri atau terasa panas waktu kencing
·         Benjolan, bintil atau luka pada penis, vagina, anus atau mulut
·         Pembengkakan di pangkal paha
·         Perdarahan setelah berhubungan kelamin
·         Nyeri pada perut bawah (wanita)
·         Nyeri pada buah pelir

Penyakit IMS misalnya:
·         Sifilis
·         Kencing Nanah (Gonore)
·         Klamidia
·         Herpes Genitalis
·         Infeksi Trikomunas
·         Kutil Kelamin

  • Bila terdapat gejala di atas, jangan mengobati diri sendiri dengan obat bebas di pasaran. IMS itu mencakup banyak jenis penyakit. Segera periksakan diri anda ke layanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
  • Hindari hubungan seks atau gunakan kondom dalam hubungan seks selama masih dalam pengobatan. Agar infeksi tidak berulang, ajak pasangan untuk diperiksa dan diobati pula.
  • Bila IMS tidak mendapakan pengobatan yang tepat, dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV, kemandulan, keguguran, atau penularan IMS kepada pasangan atau bayi yang dikandung.

Pengobatan HIV:
Pengobatan HIV dan AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis, Psikologis dan Aspek Sosial yang meliputi pengobatan supportive (dukungan), pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik dan pengobatan antiretroviral.
ARV atau Antiretroviral
ARV merupakan singkatan dari Antiretroviral, yaitu obat yang dapat menghentikan reproduksi HIV didalam tubuh. Bila pengobatan tersebut bekerja secara efektif, maka kerusakan kekebalan tubuh dapat ditunda bertahun–tahun dan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga orang yang terinfeksi HIV dapat mencegah AIDS. Dengan semakin meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV tersebut, ARV memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat sehat melalui strategi penanggulangan AIDS yang memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan.
Hingga saat ini, ARV masih merupakan cara paling efektif serta mampu menurunkan angka kematian dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup orang terinfeksi HIV sekaligus meningkatkan harapan masyarakat untuk hidup lebih sehat. Sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan seperti diabetes, asma atau darah tinggi dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang pembunuh yang menakutkan

- See more at: http://www.aidsindonesia.or.id/contents/37/78/Info-HIV-dan-AIDS#sthash.moqqxVdx.dpuf
Apakah yang dimaksud dengan HIV dan AIDS?

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan. Namun orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain.

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker. Stadium AIDS membutuhkan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh sehingga bisa sehat kembali.

Bagaimana HIV bisa ditularkan kepada orang lain?
  • Melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom sehingga memungkinkan cairan mani atau cairan vagina yang mengandung virus HIV masuk ke dalam tubuh pasangannya
  • Dari seorang ibu hamil yang HIV positif kepada bayinya selama masa kehamilan, waktu persalinan dan/atau waktu menyusui.
  • Melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV. Lewat pemakaian alat suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan, terutama terjadi pada pemakaian bersama alat suntik di kalangan pengguna narkoba suntik (penasun).

Apakah transfusi darah di fasilitas kesehatan berisiko menularkan HIV?
Tidak berisiko karena umumnya, Palang Merah Indonesia dan fasilitas kesehatan selalu melakukan pengecekan atau skrining HIV pada darah donor sebelum melakukan transfusi kepada orang lain. Darah tercemar HIV tidak digunakan.

Apakah infeksi HIV dapat dicegah?
Ya. dengan cara:
  1. Abstinence – Tidak berhubungan seks (selibat)
  2. Be Faithful – Selalu setia pada pasangan
  3. Condom – Gunakan kondom di setiap hubungan seks berisiko
  4. Drugs –  Jauhi narkoba

Bagaimana cara mengetahui status HIV?
Orang yang sedang dalam tahap HIV tidak bisa kita kenali. Mereka tampak sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun. Status terinfeksi HIV hanya dapat diketahui setelah mengikuti test HIV yang disertai konseling. Segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat (Klinik VCT) untuk tes HIV.

Apa yang dimaksud dengan tes HIV?
Layanan test HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT (Voluntary Counseling and Testing). Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi HIV di dalam sampel darah.  Tes HIV bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes HIV, akan dilakukan konseling untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dari perilaku selama ini dan bagaimana nantinya harus bersikap setelah mengetahui hasil tes HIV. Untuk tes cepat dapat juga digunakan tes usapan selaput lendir mulut (Oraquick)

Apakah ada pengobatan untuk HIV dan AIDS?
Terinfeksi HIV bukanlah vonis mati. AIDS dapat dicegah dengan pengobatan antiretroviral atau ARV. Pengobatan ARV menekan laju perkembangan virus HIV di dalam tubuh sehingga orang dengan infeksi HIV dapat kembali “sehat” atau ‘bebas gejala’. Namun virus HIV masih ada di dalam tubuhnya dan tetap bisa menularkan pada orang lain.

Apakah orang yang telah terinfeksi HIV boleh berkeluarga dan memiliki keturunan?   
Risiko penularan kepada pasangan melalui hubungan seksual dapat dicegah dengan penggunaan kondom. Pengobatan dengan ARV juga dapat menekan pertumbuhan virus HIV dalam tubuh manusia sampai ke batas yang tidak terdeteksi sehingga risiko penularan ke pasangan dapat dikurangi, namun harus tetap menggunakan kondom.
Orang yang telah terinfeksi HIV bahkan tetap dapat memiliki keturunan dengan aman. Melalui program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA/PMTCT), penularan HIV dari ibu ke anak saat kehamilan, melahirkan dan menyusui dapat dikurangi sampai 0%. Calon orang tua dapat menekan risiko penularan pada anak dengan mengetahui status HIV sejak dini. Berkonsultasilah dengan dokter yang merawat.

Apakah orang yang telah terinfeksi HIV perlu dihindari?
Anda tidak perlu menghindari orang yang telah terinfeksi HIV. Penularan HIV terjadi melalui cara-cara yang spesifik. Berinteraksi sosial dengan orang yang telah terinfeksi HIV tidak menyebabkan penularan HIV.

Mendobrak Mitos HIV:
  • HIV tidak menular di kolam renang umum
  • HIV tidak menular melalui batuk atau bersin
  • HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya
  • HIV tidak menular dengan berbagi alat makan bersama
  • HIV tidak menular karena berjabat tangan
  • HIV tidak menular karena berciuman

Adakah keterkaitan infeksi HIV dan Infeksi Menular Seksual?
Infeksi Menular Seksual atau IMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual baik melalui vagina, anus atau mulut. Orang yang mengidap IMS memiliki risiko yang lebih besar untuk terinfeksi HIV. Perlukaan pada kelamin karena adanya IMS dapat mempermudah seseorang tertular HIV saat berhubungan seks tanpa pengaman.
Gejala yang timbul tergantung pada jenis IMS yang diderita. Beberapa gejala IMS yang mungkin timbul adalah:  
·         Keluarnya sekret atau nanah dari penis, vagina atau anus
·         Nyeri atau terasa panas waktu kencing
·         Benjolan, bintil atau luka pada penis, vagina, anus atau mulut
·         Pembengkakan di pangkal paha
·         Perdarahan setelah berhubungan kelamin
·         Nyeri pada perut bawah (wanita)
·         Nyeri pada buah pelir

Penyakit IMS misalnya:
·         Sifilis
·         Kencing Nanah (Gonore)
·         Klamidia
·         Herpes Genitalis
·         Infeksi Trikomunas
·         Kutil Kelamin

  • Bila terdapat gejala di atas, jangan mengobati diri sendiri dengan obat bebas di pasaran. IMS itu mencakup banyak jenis penyakit. Segera periksakan diri anda ke layanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
  • Hindari hubungan seks atau gunakan kondom dalam hubungan seks selama masih dalam pengobatan. Agar infeksi tidak berulang, ajak pasangan untuk diperiksa dan diobati pula.
  • Bila IMS tidak mendapakan pengobatan yang tepat, dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV, kemandulan, keguguran, atau penularan IMS kepada pasangan atau bayi yang dikandung.

Pengobatan HIV:
Pengobatan HIV dan AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis, Psikologis dan Aspek Sosial yang meliputi pengobatan supportive (dukungan), pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik dan pengobatan antiretroviral.
ARV atau Antiretroviral
ARV merupakan singkatan dari Antiretroviral, yaitu obat yang dapat menghentikan reproduksi HIV didalam tubuh. Bila pengobatan tersebut bekerja secara efektif, maka kerusakan kekebalan tubuh dapat ditunda bertahun–tahun dan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga orang yang terinfeksi HIV dapat mencegah AIDS. Dengan semakin meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV tersebut, ARV memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat sehat melalui strategi penanggulangan AIDS yang memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan.
Hingga saat ini, ARV masih merupakan cara paling efektif serta mampu menurunkan angka kematian dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup orang terinfeksi HIV sekaligus meningkatkan harapan masyarakat untuk hidup lebih sehat. Sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan seperti diabetes, asma atau darah tinggi dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang pembunuh yang menakutkan

- See more at: http://www.aidsindonesia.or.id/contents/37/78/Info-HIV-dan-AIDS#sthash.moqqxVdx.dpuf

Tentu saja kita sudah tidak asing lagi jika mendengar kata HIV, AIDS, maupun ODHA.
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh yang akan mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit lain seperti TB, kandidiasis, berbagai penyakit radang dan lain sebagainya.
Saat ini di Indonesia, perkembangan epidemi HIV termasuk cukup cepat di Asia. Apalagi di daerah kami di  Papua sini, prevalensi HIV pada populasi umum adalah 2,4%. Tentunya merupakan beban yang cukup berat dalam memberantas penyakit ini, apalagi dengan stigma bahwa HIV belum ada obatnya. Untunglah dengan adanya ARV atau Antiretroviral yang merupakan obat yang dapat menghentikan reproduksi HIV di dalam tubuh. Hingga saat ini, ARV masih merupakan cara yang paling efektif serta mampu menurunkan angka kematian dan berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan dan hidup orang terinfeksi HIV sekaligus meningkatkan harapan hidup.

Bagaimana hubungan HIV dengan TB?
Jika seseorang telah terinfeksi oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) sebagian besar tidak segera menjadi sakit TB. Hal ini dimungkinkan jika orang tersebut memiliki sistem imunitas atau kekebalan tubuh yang baik. Namun pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sedang turun, contohnya terutama pada orang dengan HIV - AIDS (ODHA) maka sangat besar kesempatan bagi infeksi kuman tersebut untuk menjadi penyakit TB aktif.

Jika dibandingkan dengan penyakit oportunistik lainnya yang sering dijumpai pada ODHA, maka TB merupakan infeksi yang paling sering. Dengan semakin meningkatnya kasus HIV - AIDS di masyarakat, jelas akan meningkatkan pula jumlah kasus penyakit TB.
Pasien TB dengan HIV positif ini disebut sebagai pasien ko-infeksi TB-HIV.

Sumber : Lembar Balik TB & HIV

TB merupakan penyebab kematian yang utama pada ODHA. Angka kematian pada ODHA yang mengidap TB lebih tinggi dibandingkan pada ODHA yang tidak mengidap TB. Oleh karena itu, jelaslah bahwa kejadian HIV akan berpengaruh pula pada kasus TB sehingga haruslah diperlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya. Penanggulangan TB haruslah dikolaborasikan pula dengan penanggulangan HIV. Penting sekali untuk memberikan pelayanan TB pada ODHA demi untuk mencegah maupun meminimalisasi infeksi TB pada ODHA. Penyakit TB pada ODHA harus dideteksi sedini mungkin agar segera mendapat pengobatan dan terutama untuk mencegah kematian.

Sumber : Lembar Balik TB & HIV

Sumber : Lembar Balik TB & HIV

Sumber : Lembar Balik TB & HIV
Kegiatan menurunkan beban TB pada ODHA
Untuk menurunkan beban TB pada ODHA, maka cara yang penting untuk dilakukan adalah dengan skrining atau penemuan tanda-tanda penyakit TB pada ODHA. Harus segera ditegakkan diagnosa TB agar pengobatan bisa segera dimulai. Gejala TB pada ODHA sama saja dengan gejala penyakit TB pada pasien lain secara umum. Batuk berdahak yang tak kunjung sembuh, keringat di malam hari tanpa sebab dan lain sebagainya.

Sumber : Lembar Balik TB & HIV


Prinsip Pengobatan TB pada ODHA
Pada prinsipnya, pengobatan TB pada pasien dengan HIV positif sama saja dengan pasien TB pada umumnya.  Pada pasien baru akan diberikan pengobatan dengan kategori I, dan kategori 2 untuk semua pasien pengobatan ulang.
Namun yang paling utama adalah harus pengobatan TB harus diberikan sesegera mungkin. Sedangkan untuk ARV akan dimulai berdasarkan stadium klinis HIV atau hasil CD4.

Kebijakan Nasional Kolaborasi TB-HIV
Untuk memberikan arah dalam pelaksanaan kolaborasi TB-HIV untuk mengurangi beban TB dan HIV pada masyarakat akibat kedua penyakit ini maka dibuatlah Kebijakan Nasional Kolaborasi TB-HIV.
Tujuan khususnya antara lain adalah :
a. Membentuk mekanisme kolaborasi antara program TB dan HIV/AIDS.
b. Menurunkan beban TB pada ODHA.
c. Menurunkan beban HIV pada pasien TB.

Sehubungan dengan pembentukan mekanisme kolaborasi TB-HIV, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Membentuk Pokja (kelompok kerja)/ Tim TB-HIV.
b. Melaksanakan surveilans HIV pada pasien TB.
c. Melaksanakan perencanaan bersama TB-HIV.
d. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.

Sedangkan kegiatan yang dilakukaan dalam menurunkan beban TB pada ODHA yakni :
a. Mengintensifkan penemuan kasus TB dan pengobatannya.
b. Menjamin pengendalian infeksi TB pada layanan kesehatan dan tempat orang terkumpul (rutan/lapas, panti rehabilitasi Napza dan lainnya).

Dan kegiatan untuk menurunkan beban HIV pada pasien TB adalah :
a. Menyediakan konseling dan tes HIV.
b. Pencegahan HIV dan IMS.
c. Pengobatan preventif dengan kotrimoksazol dan infeksi oportuniskik lainnya.
d. Perawatan, dukungan dan pengobatan ARV untuk HIV/AIDS.

Semua kegiatan yang dilakukan untuk menanggulangi epidemi TB dan HIV/AIDS di atas tersebut akan dapat terlaksana dengan adanya kerjasama yang erat antar kedua program dan tentu saja dengan dukungan dari berbagai pihak terutama masyarakat umum yakni dari kita sendiri. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kolaborasi TB - HIV dapat dilakukan dengan meningkatkan perhatian masyarakat tentang beban ganda tersebut. Lewat informasi dan komunikasi yang tepat akan mampu meningkatkan kesadaran kita bersama untuk memahami pentingnya beban epidemi ini.

Tentu saja besar harapan kita agar tantangan ini dapat kita hadapi bersama agar kita dapat menuju ke masyarkat Indonesia dengan kesehatan  yang optimal tanpa dibayang-bayangi dengan ketakutan akan berbagai penyakit mematikan. Semoga....

Sumber : Lembar Balik TB & HIV

Sumber : Lembar Balik TB & HIV







Sumber :
- http://www.tbindonesia.or.id/
- KMKRI No. 1278/Menkes/SK/XII/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kolaborasi Pengendalian Penyakit  TB dan HIV
- http://www.aidsindonesia.or.id/





4 komentar:

  1. Tantangan yang berat untuk Indonesia dalam menghadapi 2 penyakit yang menyeramkan, TB dan HIV.

    BalasHapus
  2. tantangan yang berat tapi mudah2an bisa disembuhkan ya

    BalasHapus
  3. semoga Indonesia bisa menjawab tantangan ini dengan baik ya mak
    sukses ngontesnya :)

    BalasHapus
  4. semoga semakin berkurang penderita TB di Indonesia

    BalasHapus