Kamis, 12 Juli 2012

Test Pack

Test Pack....
Siapa tak mengenal benda satu ini.. Pastilah setiap wanita yang baru menikah ataupun sudah lama menikah sering menggunakannya. Menatap dengan harap-harap cemas saat alat ini beraksi tentunya menjadi pengalaman menyenangkan sekaligus menegangkan. Itulah yang di alami oleh Tata, seorang tokoh utama dalam novel Test Pack karya Ninit Yunita ini.


Pengarang : Ninit Yunita
Penerbit : Gagas Media
Cetakan kedua, September 2005
230 hlm


Saya membaca buku ini agak terlambat memang, melihat buku ini terbit tahun 2005. Terima kasih untuk Aurora yang sudah meminjamkannya lewat pinjam buku.org.

Tata atau nama lengkapnya Arista Natadiningrat, seorang pengacara berusia 32 tahun yang sudah 7 tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak. Begitu inginnya dia punya anak sehingga dia kadang-kadang cemburu pada teman-temannya yang kebanyakan sudah pada punya anak. Bahkan kucing tetangga sebelahpun dia cemburui karena si kucing bisa bunting.
Suaminya, Kakang alias Rahmat Natadiningrat adalah seorang psikolog yang meski juga menginginkan untuk punya anak namun tidak terlalu heboh seperti istrinya. 
Buku ini bercerita silih berganti dari sudut Tata dan Kakang di setiap babnya. Sebenarnya bahasanya sama saja, yang membedakan hanyalah Tata menyebut dirinya gua, sedang Kakang menyebut dirinya gue.
Menampilkan kehidupan khas ibukota, benar-benar metropop, apalagi dengan selipan2 percakapan dalam Bahasa Inggris. Namun bagi saya agak mengganggu juga saat membacanya dengan seringnya saya menemukan kata-kata yang sama. Namun tak apalah, karena hal tersebut membuat novel ini menjadi bacaan ringan namun sarat pesan moral.
Kembali ke kisah Tata dan Kakang, kehidupan mereka mulai goncang ketika akhirnya ketahuan bahwa Kakang ternyata infertil. Dengan kenyataan ini, sanggupkah mereka mempertahankan komitmen mereka? 
Berikut penggalan akhir dari novel ini :

" Sebagian dari kita mungkin ada yang mencintai seseorang karena keadaan sesaat. Karena dia baik, karena dia pintar, even mungkin karena dia kaya. Tidak pernah terpikir apa jadinya, kalau dia mendadak jahat, mendadak tidak sepintar dahulu, atau mendadak miskin.
Will you still love then, then?
That's why you need commitment.
Don't love someone because of what/how/who they are.
From now on,
start loving someone,
becuse you want to.

Nah, setelah membaca novel ini saya jadi bertanya-tanya pada diri saya, sudah sejauh mana usaha saya dalam menjaga komitmen keluarga kami Kadang-kadang masalah kecil saja membuat saya sering salah paham dengan suami, meski dengan semakin meningkatnya usia pernikahan akhirnya "syukurlah" bisa membuat kami menjadi lebih dewasa. Apalagi setelah merasakan sendiri repotnya punya bayi... 

Ohh,, thanks my hubby for everything... untuk semua kebersamaan yang telah dan akan kita lalui, terima kasih untuk selalu ada di samping saya...
Mumpung belum jam 12 malem, kuucapkan :

Happy third anniversary for our wedding...

 

 

2 komentar:

  1. happy anniversary ya, berawal dari review buku eh berakhir happy ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe.. Makasih mak... sebenarnya sudah hampir terlupakan, pas ngeliat tanggal baru ngeh.. hehehe..

      Hapus