Saya tak pernah memaksakan Wilda untuk belajar lebih dini di usianya yang baru 3 tahun. Saya membiarkan dia belajar sendiri sesuai dengan keinginannya, meski sesekali saya berusaha mengenalkan angka dan huruf dengan memasang poster-poster ataupun menggunakan tikar yang bergambar angka maupun huruf yang menarik. Di sekolah pun mereka hanya bermain saja, mewarnai, dan segala jenis aktivitas kelas PAUD lainnya. Namun inilah ceritanya saat dia belajar berhitung di rumah beberapa waktu lalu.
Wilda : "Satu... dua... tiga.. empat.. lima.. mmm apa lagi ya mam?"
Saya : "Enam.. Tu.."
Wilda : "Oh iya... enam.. tujuh.. delapan... sembilan.. sepuluh..."
Saya : "Yeaayyy.. Wilda hebat...!"
Kemudian saya mencoba mengajarinya tambah-tambahan dengan belajar menggunakan jari.
Saya : "Ini satu (sambil mengangkat telunjuk tangan kiri) trus di tambah satu lagi (mengangkat telunjuk kanan) jadi sama dengan berapa?"
Wilda : "Oooh, aku bisa... aku bisa.. satu.. lalu satu lagi, jadi satuuu.... duaa... 'duaaaaaa..' namanya"
Saya : "Oke, jadi satu tambah satu sama dengan dua to..."
Lanjut untuk hitungan di bawah angka lima berikutnya. Dan dia sungguh menikmati pelajaran matematika itu.
Beberapa hari kemudian, dia sedang membuka-buka sebuah buku yang kebetulan bertaburan dengan banyak angka. Mulailah lagi dia membaca dan menyebutkan angka-angka itu. Tiba di angka yang bertuliskan seperti ini :
11
Saya : "Itu berapa Wil?"
Wilda : "Hmmm.. 1 lalu 1 lagi."
Saya : "Yupp, itu namanya sebelas."
Wilda : "Jiyahhh... Mama salah.. Itu 1 dengan 1 lagi sama dengan dua. Wkkkk...."
Mama tepok jidat. Rupanya Wilda teringat pelajaran tambah-tambahan sebelumnya.. :D
hahaha pokoknya dua bukan sebelas
BalasHapusHahaha... pinternya :D satu di tambah satu, nanti kalo sudah dewasa di ilmu sosial jawabannya bisa tiga loh ;)
BalasHapus