Halo Wilda,
Kali ini tulisan ini mami tulis khusus buat kamu. Tapi sebelumnya kita tos jempol dulu yuukk... (semoga kamu masih ingat caranya..)
Sebenarnya sudah dari lama mami mau tulis surat, tapi karena malas nulis pake pena, lagian pena mami semua kamu yang ambil, alasannya buat belajar, kayak tau belajar aja kamu. :)
Pernah waktu kamu baru lahir, mami berencana mau nulis, dan rencananya mau di tulis setiap tahun, persis setiap tanggal lahir kamu, sayangnya mamimu ini pemalas, rencana tinggal rencana, hanya menjadi draft di komputer tua milik mami yang akhirnya entah sudah berada di mana karena komputer itu sudah rusak.
Pernah waktu kamu baru lahir, mami berencana mau nulis, dan rencananya mau di tulis setiap tahun, persis setiap tanggal lahir kamu, sayangnya mamimu ini pemalas, rencana tinggal rencana, hanya menjadi draft di komputer tua milik mami yang akhirnya entah sudah berada di mana karena komputer itu sudah rusak.
perilakumu mencoret segala rupa tempat |
Kenapa mami bermaksud menulis surat? Itu karena seorang teman mami pernah bercerita bahwa dia selalu menuliskan surat buat anaknya. Mungkin jadi seperti dalam film "Kuchu-kuchu hota hae". Eh, kamu tau film itu ndak? Itu film Bolllywood yang sangat terkenal, semoga saja masih terkenal hingga jaman kau besar nanti saat kau sudah mampu membaca dan memahami surat ini.
Mungkin kau mulai berpikir, lho katanya tadi nggak jadi nulis surat, kok malah jadi ada surat ini? Itu semua karena ide hebat dari para emak-emak blogger yang keren abis dan tak pernah kehabisan ide. Dari kelompok KEB yang mami ikuti, tersebutlah sebuah proyek #DearDaughter dan #DearSon. Sebuah tulisan dari para emak yang disampaikan untuk anak-anak tercinta mereka, dan mamipun kesampaian menerima tongkat estafet dari Bundanya Icha.
Oke, itulah asal muasal surat ini. Oh ya, mama menulisnya pagi ini, masih pagi-pagi benar, mama mencoba menulis sementara kau dan ayahmu masih tertidur, agar tak ada gangguan darimu yang selalu tak pernah tenang jika mama sedang di muka laptop. Pasti kau tetap merusuh dan minta untuk ikut-ikutan mengetik. Jadi untuk amannya, mama mengetik kala kau tidur sambil memandangi wajah polosmu yang tertidur dengan pulas.
Memandangi wajahmu mengingatkan mama akan kelahiranmu 3 tahun yang lalu, tepatnya 6 Mei 2010. Kau benar-benar memilih waktu yang tepat untuk keluar dari perut mama. Ketahuilah Nak, menjelang kelahiranmu, waktu itu mama harus mengikuti Diklat Prajabatan yang tentu saja harus diikuti oleh setiap CPNS. Saat mendaftar di diklat, mama sempat cemas karena hampir saja tak diizinkan untuk mengikuti diklat tersebut dengan alasan mamamu ini perutnya sudah sangat besar dan hampir meledak. Kata Bapak-bapak di situ, lebih baik ikut gelombang berikutnya sekitar sebulan kemudian, atau pilihan lainnya adalah ikut tahun depannya. Waduh, mama tak berani mengambil kedua pilihan tersebut, kalau mama mengambil gelombang berikutnya, itu kau pasti sudah lahir, dan mama tak mungkin meninggalkanmu yang masih bayi, smeentara kalau ikut tahun depannya berarti mama akan sangat ketinggalan dalam pengurusan apapun nantinya, semisal untuk mengurus kenaikan jadi PNS. Nah dengan pertimbangan tersebut, mama nekat aja ikut. DIklat selama tiga minggu mama jalanin dengan perut segede itu. Namun jelas ada keuntungannya untuk mama, pada jam olahraga ataupun saat baris berbari yang begitu melelahkan yang di ajarin sama pak Tentara, mami dibolehkan istirahat --->> qiqiqiq... itu modus namanya, teman-teman mama pada kepanasan di jemur, mama duduk-duduk dengan santainya di bawah pohon. Selama 3 minggu itu mama pulang balik ke diklat, pergi jam setengah 5 pagi, pulang sekitarr jam 7 malam. Mama nggak nginap di sana karena papamu khawatir jangan sampai mama tiba2 mau melahirkan. Selama Diklat itu mama selalu mengelus-elusmu lewat perut mama dan memohon padamu agar bersabar menanti mama menyelesaikan diklat ini baru kau keluar. Soalnya menurut perkiraan dokter kau akan lahir sekitar pertengahan waktu mama mengikuti diklat tersebut. Perjalanan dari tempat tinggal kita hampir stengah jam hingga ke diklat yang mama tempuh dengan motor, tentu saja di antar ayahmu, hingga ahirnya suatu hari menjelang hari terakhir diklat, kamu memutuskan untuk keluar juga menjumpai dunia ini.
Saat itu mama bangun pagi seperti biasa, bersiap untuk pergi ke diklat. Namun mama jadi heran kok mama sepertinya ngompol. Meski belum merasa sakit atau kontraksi kata kerennya, papa tak mau mengantar mama ke diklat, katanya lebih baik dia antar ke rumah sakit saja. Jadilah kami berdua ke rumah sakit pagi-pagi, dan lucunya oleh ibu bidan di suruh pulang, katanya belum waktunya, karena baru pembukaan 2. Jadilah kami pulang lagi. Di rumah barulah mama merasakan sakit karena yang namanya kontraksi itu. Mama bolak balik masuk toilet, lalu akhirnya tak tahan lagi, sekitar jam 1 siang papa yang bosan melihat mama meringis akhirnya mengantar mama kembali ke rumah sakit. Di RS pun masih sama seperti itu. Kamu masih belum mau keluar, dan mama masih di suruh berjalan-jalan ke snaa kemari oleh para suster. Kecapen jalan, mamapun masuk saja di ruang bersalin, sebenarnya pengen tidur karena ngantuk, tapi sama bidan gak boleh katanya. Kecapean, ngantuk, sakit, akhirnya mami main-main hape saja hinggak akhirnya pukul 7 malam ketuban pecah dan 2 jam kemudian kamupun keluar dengan cara yang bikin kaget karena kamu seperti terlempar keluar dan mendarat dengan sukses di atas kain yang sudah disediakan. Oh ya sedikit cerita saat kepalamu sudah keluar dululuan, ternyata kelilit tali pusar, bidan mencoba mengguntingnya tapi rupanya guntingnya kurang tajam, dan di ganti dengan gunting lain. Setelah keluar, kamupun di sedot juga cairan dari leher, kata bidan mungkin kamu sempat menghisap cairan tersebut karena tak sempat ada tangis yang keluar waktu itu. Perasaan lega waktu kamu keluar membuat mama tak lagi merasakan sakit sebelumnya bahkan sakit saat dijahitpun mama tak ambil pusing (padahal itu sakit sekali lho).
Itu cerita kelahiranmu. Selanjutnya, setiap hari merupakan hal ajaib bersamamu. Karena mama dan papa adalah sama2 anak bungsu, maka maklumlah kau kalau kami berdua agak sedikit manja. Apalagi papamu. Ssst.. jangan bilang-bilang dia ya. Dulu menjelang kelahiranmu, papa sudah wanti-wanti memesan nenekmu untuk datang dari Ambon agar membantu menjagamu, karena kami berdua belum tahu apa-apa cara mengurus bayi. Kami tak memanggil ibu mama karena dengan pertimbangan nenekmu dari pihak mama terlalu jauh jika datang dari Toraja, jadi karena nenek Ambon lebih dekat, jadilah dia yang datang, lengkap dengan kakekmu. Sesuai kebiasaan orang Ambon, tiap pagi dan sore badanmu di "rau" setelah dimandikan. Caranya itu, kakekmu membuat arang dari tempurung kelapa, dan nenek dengan sebuah kain menekan-nekan perutmu dengan kain yang sudah di gumpal2 dan dipanasi di atas bara tersebut. Seorang teman mama yang orang Jawa mengira kamu di asapi waktu mama menceritakan itu, dan ketika dia melihat sendiri prosesnya barulah dia ngerti. Dia sempat bertanya, kok kamu gak di beddong? Yah, mana taulah mamamu ini membedong, dan dengan coba-coba seperti ini rupamu saat di bedong. Mirip kepompong hehehe..
Dua bulan setelah kelahiranmu, mama pergi ke kantor dan mulailah mama menjalankan rutinitas. Oh ya, berkat kamu juga sebebnarnya mama dulu ditempatkan di sebuah puskemas di sebuah kampung yang sanagat jauh dan terpencil. Untuk menuju ke tempat itu kita harus naik speed/ perahu melewati sungai dan perjalananya bisa sampai sehari. Tapi begitu menerima nota dinas, bos mama demi melihat kondisi mama yang berperut besar tak tega melempar mama ke pedalaman itu. Jadilah mama dipindahkan di kantor dinas, dan di situlah mama sampai sekarang ini. Mama bahkan belum pernah menginjak kampung itu.
Tapi di manapun kita ditempatkan, mama tetap mengucap syukur dan berusaha bekerja sebaik-baiknya.
Selama 6 bulan nenek Oli dan tete Mus (kakek) membantu menjaga kamu, hingga akhirnya mereka pulang ke kampung. Saat mereka pulang, kitapun ikutan pindah, keluar dari rumah kost yang selama ini kita tinggali dan beralih untuk tinggal di apotek, usaha papa yang selama ini kami jalankan. Meski agak sempit, namun papa bilang gak pa2, karena dia jadi lebih mudah mengawasimu selama mama ke kantor. Dengan di bantu 2 keponakan dari papa, beliau menjagamu dengan tekun, menidurkanmu sambil menjaga apotek. Papa memang sudah tidak bekerja lagi sejak memutuskan menikah dengan mama agar bisa lebih fokus di usaha. Syukurnya lagi mama bekerja hanya sampai hari jumat, dan pulangnya tidak sampai sore, hanya sampai setengah 3. Jadi cukup banyak waktu untuk mama habiskan bersamamu.
Melihatmu bertumbuh, berkembang, belajar berjalan, mengucapkan beberapa kata dan seterusnya merupakan hal ajaib berikutnya yang sangat mama nikmati. Hanya satu yang kurang bertumbuh, yaitu rambutmu. Entah kenapa rambutmu sukar sekali tumbuh. Hampir semua orang selalu berkomentar, permepuan kok botak.. Tapi biarin saja, semua saran mereka mama ikuti, dari daun seledri, daun lidah buaya, santan kelapa, kemiri, hingga segala rupa shampo bayi, namun rambutnya ya gitu2 aja, halus2 dan cuma sedikit. Akhirnya 3 bulan sbelum ultahmu yang pertama papa membotaki rambutmu dengan harapan akan tumbuh rambut dengan lebih lebat. Memang rambutmu kemudian tumbuh, tapi membutuhkan waktu agak lama juga untk mengeluarkan rambutmu yang sekarang ini entah lurus entak ikal itu. Namun lucunya, saat kini rambutmu sudah agak panjang dan sudah bisa di kuncir, kamu malah tak pernah mau menguncir rambutmu., Rugilah mama membeli segala jenis jepit2 rambut sertta ikat2 rambut berwarna pink itu. sepertinya kamu memang agak sedikit tomboy.
gayamu yang plontos di usia 10 bulan |
Ulang tahunmu yang pertama di rayakan dengan memanggil teman2mu dari tetangga2 dan juga kawan-kawanmu di sekolah minggu. Agak ramai juga waktu itu. Dan sungguh senang karena waktu itu nenekmu dan pihak ibu kebetulan datang mengunjungi kita ke sini.
Selanjutnya di ulang tahun keduamu juga dirayakan dengan sederhana dengan memanggil teman2 tetangga kita saja, karena rumah kita tak bisa muat banyak orang. Oh ya, waktu itu kita sudah pindah ke ruko sebelah dan untungnya lagi berlantai dua sehingga kita bisa tinggal di atas, padahal sewanya tidak begitu jauh lho dari harga sewa ruko yang pertama kita tempati.
Ulang tahun ketiga kita rayakan bertiga saja bersma ayahmu, eh berempat dengan sepupumu yang ponakan ayah itu. Dia sudah tinggal bersama kita sejak kau dalam perut. Meski cuma dirayakan berempat, tapi kau tetap minta mengenakan gaun yang kau kenakan di usia 2 tahun dulu. Untung masih muat. :)
Ah anakku, waktu begitu cepat berlalu. Dari bayi yang mama angkat dengan hati-hati hingga kini kamu telah berubah menjadi gadis kecil yang cukup berat untuk mama gendong lama-lama. Berbagai hal sudah kita lewati bersama, dan mama berharap kebersamaan kita ini terus berjalan hingga waktu yang tidak kita ketahui. Mama teringat ketika kamu sakit, hingga harus nginap di Rumah Sakit. Semua karena diare yang entah kamu slah makan apa waktu itu. Sejak itu mama selalu ketat menjaga makananmu, jangan sampai kena diare lagi. Sering juga kamu batuk pilek ataupun demam yang selalu membuat mama khawatir, tapi begitu kita bilang kamu lagi batuk, kamu dengan akting tingkat dewa pura-pura batuk membuat saya gemas. Oh ya, kalau sakit kamu selalu tampak lucu, karena bibirmu akan terlihat merah dan kaupun dengan manjanya akan berhenti bermain dan minta gendong terus membuat punggung mama pegal, karena kaupun tak mau di gendong ayahmu.
Semakin besar kaupun mulai menunjukkan minatmu. Ternyata kau dengan adilnya mengikuti jejak mama pun juga jejak ayahmu. Jika papa gemar musik, kaupun suka sekali bermusik. Keyboard milik papa kau tindis dengan penuh kekuatan membuat mama khawatir kau dapat marah dari papa, belumlagi keisenganmu menekan segala jenis tombol di benda itu yang mamapun tak tahu fungsinya sama sekali.
Dan kemudian mengikuti mama, kau begitu suka akan buku-buku. Setiap kita ke toko buku, kaupun memilih bukumu sendiri. Tentu saja mama yang bacakan karena kau belum bisa membaca. Tapi hanya sekali mama bacakan maka kau akan mengingatnya dan bahakan dengan pedenya membaca untuk teman-temanmu bahkan pada papamu. Hehehe.. daya ingatmu kuat juga ya Nak.
Oh ya, satu lagi, kalau kamu membuat kesalahan dan membikin mama jadi kesal, dengan polosnya kau akan berkata : "Oh mom, colli...colli..colli.. saya minta maap yah!" Duh, hati siapa tak bakal meleleh mendengar permintaan maafmu itu. Sekesal apapun mama, pasti mama langsung memelukmu kalau kata-kata ajaibmu itu keluar.
Sekarang, kamu sudah mengenali aktivitas lain yakni bersekolah. Mengikuti kelas PAUD yang bersekolah 3 kali seminggu membuatmu akhirnya bersemangat setiap bangun pagi, padahal biasanya kau bangun pukul 8. Kalau mama bangunkan untuk bersekolah, dengan bersegera kau melompat dari tempat tidur untuk mandi dan berangkat ke sekolah. Sayangnya kini teman-temanmu sudah tidak bersekolah lagi, dan hanya kau sendiri di kelas PAUD, sehingga ibu guru menggabungmu di kelas TK. Memang TK itu hanya punya sedikit murid, namun karena itu satu-satunya TK yang cukup dekat dengan rumah kita, maka mama biarkan saja kau tetap ikut-ikutan belajar dengan anak-anak itu.
Setiap kali sekolah, ada banyak pengalaman yang kau ceritakan pada mama yang pastinya selalu membuat mama senyum-senyum dan kadang juga tak tahu harus menjawab apa pertanyaanmu.
Contohnya, suatu hari kamu pulang dan bercerita,
"Mom, tadi di sekolah ibu gulu bilang saudala laki-laki itu bladell, saudala pelempuan itu sustel.. Tapi aku kan pelempuan mom, aku gak mau jadi sustel, aku maunya jadi doktel!"
Tentu saja mom jadi terbahak mendengar ceritamu itu. Ibu guru bilang sister nak, bukannya suster seperti anggapanmu. :D
Ah, anakku begitu banyak yang mom ingin ceritakan padamu. Tentang kau yang bergaya tak mau main dengan anak perempuan yang usianya jauh di bawahmu, sehingga terlihat seperti tomboy karena ingin menjadi Boboboy, tapi kau yang selalu merengek minta Barbie saat kita melihatnya di toko. Atau tentang kau yang setia menonton Barney sebagai pengganti Upin dan Teletubbies, namun tetap berjingkrak-jingkrak saat memutar kaset Barbie vs Pospstar yak kau bilang Barbie nyanyi-nyanyi. Atau tentang kebiasaanmu yang masih memakai dot hingga usia ketiga ini, dan sama sekali tak mau minum susu dari gelas. Atau pun juga tentang usahamu menghafal dan menuliskan huruf. Atau juga kebiasaanmu memakan pasta gigi jika mama tak menegurmu. Atau pula ketakutanmu terhadap badut, sehingga mama harus di sampingmu jika sedang berada di pesta ulang tahun karena kau takut badut meskipun itu cuma badut ayam (Chaki) sebutanmu. Atau tentang kesukaanmu mandi di pantai. Atau ketika kau menginterupsi mama jika sedang berdoa dan mama lupa menyebutkan sesuatu untuk kita doakan. Begitu banyak, begitu banyak hal anakku yang tak mampu mama tuliskan satu persatu. Namun teruslah kau baca blog mom ini, Karena di dalamnya banyak cerita tentangmu yang mom sering selipkan. Mungkin kau heran kenapa mom kadang-kadang berganti menuliskan kata mami, mama, ataupun mom. Ittu semua karena kamu sendiri yang memilih. Kau dengan semaumu seringkali mengganti panggilan untuk mama, kadang ya mama itu, kalau lagi manja panggil mami, dan kalau lagi gaya kau panggil mom. Ada-ada saja, tapi satu yang kau tau pasti Nak, Mom, Mami ataupun Mamamu itu mencintaimu sepenuh hati.
Setiap momen bersamamu adalah keajaiban terbesar dalam hidupku. Thanks GOD for this little family.
Mama menerima tongkat estafet #DearDaughter ini dari Bundanya Icha dan mama sepertinya akan menerusskannya ke Tante Mugniar, Bundanya Fightiya.
Teruskanlah membaca Nak... karena kau tau, membaca itu hobi mama, eh salah, maksudnya yah kau taulah.. kata orang membaca itu jendela dunia.
Modus yang manis ... kalo saya jadi mama WIlda pasti juga memilih saat yang pas itu buat diklat CPNS hihihi
BalasHapusJadi ingat ipar saya di Manokwari, dia PNS sementara suaminya buka usaha bengkel di rumah. Jadi bisa bantu ngawasi anak2nya. Tapi pada akhirnya mertua harus ke sana juga krn anaknya dah 2 dan sekarang lagi lincah2nya dua2nya (laki semua).
Marga papi Wilda Huwae ya? Sama dengan marga guru bahasa Inggrisku di SMPN 6 dulu (tahun 86 - 89) tapi namanya siapa ya ... aih saya lupa kita manggilnya ibu Huwae. Saya suka sekali ibu guru itu beliau salah satu guru favorit saya, selalu penuh semangat dan mengajarkan kami untuk selalu berbahasa Inggris. Pernah saya bertemu dengan beliau di pete2, diajak ngobrol pake bahasa Inggris. Penumpang lain pada heran keknya :D Mungkin papa Wilda tahu ya sama ibu Huwae yang saya maksud (coba tanya2 ki bedde', mama Wilda ..).
Iya, modus memang.. :)
HapusPadahal waktu itu yang bumil ada beberapa memang, tapi gak ada yang segede saya.
Oh ya, kata Papa Wilda marga Huwae memang banyak, tapi berasal dari sebuah kampung di Ambon, namanya kampung Allang. Tapi keluarga Papanya wilda bertransmigrasi ke Pulau Seram ke sebuah kampung kecil. Saya pernah ke kedua tempat itu. Dan memang, Allang itu padat sekali penduduknya, macam di kota besar saja. :) ---> loh kok ini malah cerita kampung..
Yang jelas satu marga berarti masih sodaraan..
Tapi ketemu di pete2, masih bisa ingat ya.. Wah, jangan2 wajahnya Mbak Niar gak berubah, awet muda nih.. :)
Ooh ketemu di pete-petenya waktu masih SMP sih :D
HapusIya ya ... kalo marga Huwae yang sama2 dari Makassar kemungkinan besar masih dekat kekerabatannya ya. Tap papa Wilda bukan yg besar di Makassar rupanya.
Ilang fokus ini yaa hehehe
Salam buat Wilda yaa
ha ha,,ngakak baca tulisanmu maak,,wilda lucu sekali ya,,good job wilda,,serumah ama kamu pasti heboh sekali yaa,, ha ha,,peluk dari jauuuuuuuuh ya sayang,,
BalasHapusHehe.. Makasih Bunda..
HapusWilda memang ngegemesin :)
Mom coli coli...cup ka cup ka....*edisi indianaaaan. Waaah Mama Wilda niiih modusnya keren aaamaaat.
BalasHapusSehat selalu ya Nak...
Kok jadi koimelii ga ya...
HapusJoget2 kita nanti.. :)
Lucunya.. Apalagi pas plontos.. eh?? :)
BalasHapusPas plontos itu memang lucu, bolu = botak2 lucu
HapusSemoga kelak Wilda bener2 bisa jadi dokter yang jempolan...
BalasHapusSoal Prajabatan, memang biasanya yang hamil 6 bulan ke atas dilarang ikut diklat ini karena selain ada materi di kelas, banyak sekali kegiatan fisiknya (PBB salah satunya).
Takut aja kalau terjadi sesuatu yang tak diinginkan selama pelaksanaan prajabatan.
BTW, sejarah kelahiran Wilda seru juga ya? :)
Amin.. Makasih
HapusIya, waktu itu dibatasi memang, tapi sambil mengeluarkan wajah memelas, akhirnya dibolehin juga. Untunglah Wilda gak ngotot mau keluar duluan. Prajab memang melelahkan, apalagi ruangan tempat materinya ada di lantai 2, bolak-balik deh naik tangga tiap hari.
Dan ruginya saya waktu itu gak ikut poto2 bersama. Juga gak ikut malam penutupan. Di foto diklat gak ada fotokuuuu... :'((
Hihihii...Pengalaman Diklat Prajabatan yg seruuu banget ya Mba... Dek Wilda emang pinter dech ngerjain Mami :)
BalasHapusIngat pengalaman yang serupa Mak, dengan anakku yang pertama juga sudah banyak minum air ketuban...salam untuk dedek Wilda yang so sweet :)
BalasHapustitip peluk untuk wilda maak :)
BalasHapuslucuuuu kak yg main piano :3
BalasHapusyuk ikut giveaway! http://febiola-febby.blogspot.com/2013/08/firmoo-international-giveaway-2013.html#more
senyum2 liat Wilda yg lagi baca, kayaknya serius bgt hihi
BalasHapusaku selalu suka melihat anak sedang tidur
BalasHapus