Rabu, 01 Januari 2014

Renungan Akhir Tahun

Detik-detik menuju pergantian tahun semakin dekat.
Dan kini, ditemani suami dan anak yang tak juga tertidur, kami ikut pula larut menantikan saat itu tiba. Meski tak ikut menghambur-hamburkan duit dengan membeli petasan maupun kembang api aneka warna, namun kami turut pula merasakan hawa pergantian tahun ini dengan menikmati percikan-percikan kembang api yang terus membahana tiada henti dari balik jendela kamar.

Tadi kami sempat ke Gereja untuk mengikuti ibadah akhir tahun. Dan sempat terngiang ucapan Pendeta tentang bagaimana kita mesti menghitung setiap berkatNya yang telah kita terima, yang jikalau kita hitung-hitung jelaslah itu tidak terkira, seperti kata lagu : 
"Berkat Tuhan satu-satu hitunglah 
Kau niscaya kagum oleh kasihNya......."
Mungkin saja ada kehilangan dalam tahun 2013 ini, ada anggota keluarga atau sahabat yang meninggalkan kita, namun kita mesti percaya rencana Tuhan selalu indah. 

Memang benar, dan kita akan menghadapi tahun 2014 di depan mata yang mana merupakan misteri besar bagi kita, tapi satu yang jelas adalah, setiap tahun, setiap waktu adalah berkat rahmat Tuhan yang mesti senantiasa kita syukuri.

Dan tiba-tiba, sembari menuliskan ini, teringatlah saya akan kakak perempuan saya yang sudah lebih dahulu menghadap Tuhan kurang lebih 5 tahun yang lalu. Kakak yang senantiasa menjadi tempat saya bersandar dulu. Saya ingat pada saat yang sama seperti ini, saat-saat menantikan pergantian tahun. Ketika itu kami masih kuliah dan kami tak sempat pulang kampung untuk merayakan tahun baru di kampung halaman. Karena sudah tak tahan  mengantuk, saya sudah lebih dahulu terlelap, sementara dia masih asyik menulis di agenda pribadinya. Menuliskan setiap hal dalam pikirannya. Entah apa yang ditulisnya, saya tak sempat membacanya, namun saya yakin itu adalah tentang harapan dan doa-doanya untuk masa yang akan datang. Saat itu dia memang sudah masa tahap akhir dalam pendidikannya.

Tahun berikutnya, dia sudah lulus kuliah dan kemudian menjadi guru kontrak di sebuah desa di pedalaman Papua. Hal yang berat bagi dia, apalagi di tempat tugasnya tidak ada signal, listrik hanya menyala lewat genset itupun kalau ada bensin. Dan jauh dari dunia luar membuat dia membuat dunianya lagi dengan menulis. Hingga tiba saatnya lagi masa pergantian tahun seperti ini. Saya sempat membuka buku hariannya, (tentu atas ijinnya). Dia menuliskan tentang perasaan sepinya jauh dari keluarga, di mana ketika dia sedang menulis, dia merasa deja vu, dia menulis di atas meja kecil, sementara seorang kawannya sudah tertidur di sebelahnya, sementara tahun sebelumnya dia menulis sambil menolehkan pandangan memandangi adiknya yang tertidur disebelahnya pula.

Aah.... dan kini, bahkan dari dulu sejak kepergiaannya, tiap detik-detik pergantian tahun itu selalu membawa momen kenangan tersebut bagi saya. Saya selalu membayangkan seperti apa perasaannya mencurahkan semua hal dalam setiap tulisannya. Meski itu hanyalah sebuah tulisan pribadi yang tentunya untuk konsumsi pribadi pula, namun jelas ada kebahagiaan tersendiri baginya setiap kali menulis. Virus yang akhirnya tertular pada saya, meski saya menumpahkannya dalam media lain yakni lewat blog. Meski tak konsisten pula menulis karena kesibukan dan tentu saja koneksi jaringan yang tak pernah bersahabat, namun tentu saja saya tetap menikmatinya, karena ada kebahagiaan tersendiri setiap kali berhasil menulis.

Miss U so sist...

Di luar dentuman suara kembang api kian membahana tak henti-hentinya, dan tentu saja ditingkahi dengan suara Wilda menyatakan kekagumannya.

Happy New Year................

4 komentar:

  1. selamat tahun baru mama Wilda :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mama Kenai.. Selamat tahun baru juga... :)

      Hapus
  2. Semoga 2014 menjadi tahun yang penuh kebahagiaan untuk Mak sekeluarga.

    Lagi jalan-jalan di blognya Mak Matris untuk Srikandi Blogger 2014.
    Good luck ya, Mak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mak,
      Wah, blog saya dikunjungi.. *malu.. lama gak update x_x

      Hapus