Jumat, 16 Maret 2012

Lelaki itu bernama B****


Lelaki ini.....
kau mengenalnya..?
Coba lihat lebih jelas...
Ah, tentu saja kau tidak mengenalnya, kecuali kau bermukim di Aimas dan sekitarnya barulah aku yakin kau mengenal si lelaki ini..
Kalau melihat dia sih, kadang2 muncul perasaan kasihan.. Trenyuh juga melihat seorang pria yang hidup luntang-lantung, seperti manusia purba yang hidupnya nomaden.
Pertama kali mengenalnya dulu waktu dia tiba2 muncul di Gereja, ikut beribadah bersama anggota jemaat kami.
Kemudian dia mulai rajin ikut ibadah2 keluarga yang dilaksanakan di rumah2, hingga akhirnya hampir semua jemaat mengenalnya dan diapun di daulat untuk menjadi satpam Gereja walaupun tak mengenakan seragam laiknya seorang security yang umumnya berpenampilan sangar.
Ketika di tanya tinggal di mana? dia bilang di sekitar alun2 dan sebelumnya dia pindah dari kota. Di Aimas dia numpang dengan seorang tukang jamu yang sudah dianggapnya saudara. Selanjutnya, demi melancarkan tugasnya sebagai seorang security, maka diapun di suruh menempati sebuah rumah kecil di samping Gereja yang merupakan sekretariat Pemuda yang sudah lama tidak di fungsikan.
Bagaimana dia menghidupi dirinya?
Menurutnya dia biasa masak sendiri kadang2 ataupun numpang makan bersama-sama para tukang yang juga sementara itu tinggal di situ karena sedang mengerjakan pembangunan Gedung Gereja baru. Kadang2 pula dia bisa makan gratis bila ikut beribadah di rumah2 keluarga.
Oh ya, satu kebiasaan dari pria ini, hampir semua ibadah dia ikut, mau ibadah keluarga, ibadah Kaum Bapak, ataupun ibadah Pemuda dia jabanin.. Hanya ibadah anak dan kaum ibu yang tidak diikutinya. Hehehe..
 Kadang2 juga dia bisa jadi tenaga serba bisa bila di butuhkan. Misalnya jika ada yang ingin di bantu membersihkan selokan, mengangkat batu, atau mencangkul dia juga bisa.
Jadi dia mendapat upah untuk itu dan lumayan untuk membeli kebutuhan sehari-hari.


Satu hal yang lucu, dia pernah merayakan ulang tahunnya di Sekretariat Pemuda tersebut. Dia mengundang beberapa orang teman2 pemuda dan bergembira bersama menyantap 'kasbih' dan teman2nya.. Kemudian ketika di tanya usianya, dia cuma bilang 17 tahun Hahaha...
Padahal saya perkirakan dia berusia hampir 50 tahun, itupun saat saya paksa menanyakan usianya, dan dia bilang 40 tahun lebih. (kebiasaan orang jaman dahulu, tak pernah menghafal tanggal lahirnya)
Ah ya, saya pernah tanya dia, sejak kapan tinggal di Sorong sini ?
Jawabnya, dia dulu ikut transmigrasi ke sini saat berusia 5 tahun, di bawa oleh seorang Bupati. Entah benar apa tidak..
Padahal setahu saya transmigrasi di daerah ini di mulai sekitar tahun 1980. Tapi mungkin saja dia termasuk yang pertama ke sini sebelum tahun tersebut, karena sekarang tak tampak lagi logat Jawa dalam dialek bahasanya.

Oh ya, meski saya tahu pasti dia buta huruf (pernah waktu ibadah, kita membaca mazmur bersama-sama, dia juga membuka alkitabnya namun entah yang keluar dari mulutnya hanya gumaman tak jelas seperti orang merapal mantra dan ini membuat seorang teman hampir saja sakit perut menahan tawa yang menggelegak dalam dadanya namun harus menahannya demi membuat ibadah tetap hikmat, yang akhirnya dilepaskannya setelah ibadah selesai) namun dia juga punya sebuah handphone.. Barang yang dulunya merupakan benda  mewah namun sekarang kita bisa menjumpainya di mana2. Nah, dia rupanya hanya tau menerima telepon di hp-nya itu tanpa tahu fungsi yang lainnya. Saya tak pernah melihatnya melepon orang, namun dia selalu mengisi pulsa. Setiap kali hp-nya berdering, dia mengangkatnya, tak tahu ini telepon atau sms. Untung saja saat dia  mengangkatnya dia tidak berkata "halo, ini telepon ka sms?" hehehe
  Dan dia bercerita kalau dia punya seorang pacar yang sering di teleponnya bernama Desi (ini hanya merupakan bualan besarnya). Dia memang suka sekali membual, satu hal dari sifatnya yang keudian membuatnya tidak di sukai orang. Sering karena bualannnya, orang jadi cek-cok.  Dia jadi seperti mengadu domba orang. Jadi kawan, jika kau bertemu dengannya, jangan pernah menerima mentah2 apa yang dia ceritakan. Kau mesti mengkaji dulu benar tidaknya berita yang disampaikannya itu, soalnya dia sering menambah-nambahi cerita, dan malah mengatakan cerita yang tidak benar. Pernah pula dia membual bahwa dia adalah calon Ketua Klasis (hanya karena seorang Majelis menganggunya dengan mengatakan padanya supaya dia mendaftar pemilihan Ketua Klasis). Bahkan waktu kami mengadakan pemilikan ketua Pemuda yang baru, dia juga ikut meramaikan bursa pemilihan dengan mendaftarkan namanya.
Namun, dia juga dengan mudah dapat kena tipu. Pernah dia membeli charger hp seharga 80rb padahal setahu sy itu harganya 30rb paling mahal. Dan hal-hal remeh-temeh seperti itulah yang membuatnya ketipu. Soalnya dia begitu polos, dan uang2 hasil kerja kerasnya tak pernah bertahan lama di tangannya.
Eh, kadang2 beliau ini juga menjijikkan, masa dia sering buang air kecil begitu saja bila dia terbangun tengah malam, makanya ruangan sekretariat speninggalnya dia itu menjadi bau pesing. Oh ya, dia juga memiliki penyakit kulit di bagian belakang nya (dalam bahaasa sini kaskado), sehingga suami saya memberinya obat kulit yang membuat dia tidak tidur semalaman karena panasnya obat itu.
Namun satu hal yang membuat saya kasihan padanya adalah tangan dan kakinya yang (maaf) cacat. Katanya dia dulu pernah bekerja di perusahaan kayu lapis waktu muda dan tangan kakinya itu masuk ke dalam mesin yang mengakibatkan dia berjalan seperti terseok-seok, juga salah satu tangannya yang seperti taak bisa bergerak dan hanya tergantung saja susah untuk memegang sesuatu. Untunglah lambat laun seiring berjalannya waktu, dia bisa memaksimalkan cara menggunakan anggota tubuhnya yang tersisa.



Sekitar setahun lebih mungkin, dia menjabat jadi security di gereja kami. Tapi setelah bangunan Gereja baru yang megah mulai jadi, diapun juga mulai tersingkirkan. Hmmm, mungkin menyadari diri sudah tidak di butuhkan lagi, diapun pergi diam2. Tapi dia masih sering berkeliaran di daerah kami. Kadang2 jika di panggil, dia masih sering datang untuk membantu jika ada pekerjaan. Hingga akhirnya dia seperti benar2 menghilang. Ada yang bilang dia sudah pulang ke tanah kelahirannya di Ngawi.
Namun beberapa minggu yang lalu saya melihat dia sedang berjalan dan saya  memberitahukan kepada suami saya. Kebetulan kami sedang butuh orang untuk membantu mencangkul tanah. Dan jadilah dia tenaga kerja kami sekarang.
Ngomong-ngomong soal handphone, dia muncul dengan hp baru layar besar buatan China. Dia memamerkan hp barunya itu dan memutar lagu2 barat dengan bahasa Inggris, kemudian saya mengganggu dia dengan memuji2 hp-nya sambil mengatakan : "wihh,, ko pu hp saja mantaaappp",
Dia jawab : "ah, kakak, saya pu hp ini cuma lagu2 china saja isinya" (lagu china kok bahasa inggris, gimana sih..??)

Dan ngomomg2 pula karena kepolosannya itu, hp-nya rusak karena di pinjam oleh temannya.
Saat di tanya tinggal di mana, dia bilang dia jadi security (lagi2) di sebuah kampus. Dia bilang dia jadi anak angkat dari pemilik kampus itu (seorang mantan Bupati), ah, ini lagi2 dia mulai membual.
Dan kenyataannya saat suami saya mengantar dia pulang ke rumahnya, sungguh kasihan, dia hanya tinggal di sebuah tempat kecil seluas 2x2 m yang rupanya malah lebih buruk dari sebuah kandang ayam (sungguh kasihan).

Tapi dia enjoy saja menikmati hidupnya.. Tak pernah sekalipun mengeluh atau bahkan menggugat untuk semua yang terjadi padanya.. Dan jadilah, hampir sebulan ini dia membantu kami mencangkul tanah.. Entah, akan ke mana lagi dia sesudah pekerjaan ini selesai.. Yang pasti, dia tak pernah lelah menjalani hidupnya dan tetap menjalaninya apa adanya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar