Tanggal 12 November lalu
merupakan Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang kembali diperingati oleh
insan-insan yang bergelut di dunia kesehatan. Kami dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Sorong pun telah membentuk panitia peringatan HKN beberapa minggu menjelang
hari H.
Sebenarnya saya agak pusing juga,
mana memikirkan kegiatan SKPA yang mana selain jadi panitia saya juga jadi
peserta, kemudian dari kantorpun harus masuk pula dalam panitia HKN. Tapi tak
apalah, dijalani saja.
Beberapa kegiatan mulai digelar,
misalnya jalan santai para pegawai Dinas Kesehatan dan pegawai Puskesmas
bersama keluarga, pengobatan missal yang dipusatkan di Kampung Klasari, juga
penyuluhan kesehatan bahkan pemutaran film di malam hari di kampong tersebut.
Memang kali ini kegiatan HKN memilih lokasi di tempat tersebut bahkan hingga
acara puncak.
Sekilas sejarah HKN adalah
sebagai berikut :
Pada sekitar
tahun 1960-an malaria merupakan salah satu penyakit rakyat yang berkembang
dengan subur. Ratusan ribu jiwa mati akibat malaria. Berdasarkan penyelidikan
dan pengalaman, sebenarnya penyakit malaria di Indonesia dapat dilenyapkan.
Untuk itu cara kerja harus dirubah dan diperbarui. Maka pada September 1959
dibentuk Dinas Pembasmian Malaria (DPM) yang kemudian pada Januari 1963 dirubah
menjadi Komando Operasi Pembasmian Malaria (KOPEM). Pembasmian malaria tersebut
ditangani secara serius oleh pemerintah dengan dibantu oleh USAID dan WHO.
Direncanakan bahwa pada tahun 1970 malaria hilang dari bumi Indonesia.
Pada akhir tahun
1963, dalam rangka pembasmian malaria dengan racun serangga DDT, telah
dijalankan penyemprotan rumah-rumah di seluruh Jawa, Bali dan Lampung, sehingga
l.k. 64,5 juta penduduk telah mendapat perlindungan dari kemungkinan serangan
malaria. Usaha itu juga dilanjutkan dengan nusaha surveilans yang berhasil
menurunkan ”parasite index” dengan cepat, yaitu dari 15 % menjadi hanya 2%.
Pada saat itulah,
tepatnya pada tanggal 12 November 1964, peristiwa penyemprotan nyamuk malaria
secara simbolis dilakukan oleh Bung Karno selaku Presiden RI di desa Kalasan,
sekitar 10 km di sebelah timur kota Yogyakarta. Meskipun peristiwanya sendiri
merupakan upacara simbolis penyemprotan nyamuk, tetapi kegiatan tersebut harus
dibarengi dengan kegiatan pendidikan atau penyuluhan kepada masyarakat.
Peristiwa itu kemudian dikenal sebagai Hari Kesehatan Nasional (HKN), yang
setiap tahun terus menerus diperingati sampai sekarang. Sejak itu, HKN
dijadikan momentum untuk melakukan pendidikan/penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat.
Tanggal 12 November yang
dinantikan sebagai puncak kegiatan HKN akhirnya tiba. Karena Klasari letaknya
lumayan jauh dari tempat kami, maka pagi-pagi saya pergi ke tempat bis menunggu
para jemputan di alun-alun. Ternyata saya agak terlambat sehingga bis yang
menunggu di situ sudah jalan duluan. Jadilah saya menanti bis yang berangkat
dari arah kota Sorong. Sekitar 20 menit menunggu, dan ternyata saya tak
sendiri, bis yang di tunggupun tiba. Namun sekali lagi sayang, bis ini bahkan
sudah penuh sehingga saya harus bergantungan dalam bis. Untunglah setiba di SP
2, bis berhenti dan beberapa penumpang turun untuk naik di mobil-mobil lain
yang sedianya akan menuju juga ke Klasari.
Saya yang masih tak mendapat
tempat duduk akhirnya bergerak maju ke depan, dan menemukan sedikit ruang di
sebelah pak sopir. Gak apa-apalah, yang penting bisa duduk. J
Perjalanan melewati jalan tren
alias jalan perusahaan ternyata cukup jauuh. Hampir 2,5 jam kami berada dalam
bis. Tapi itu sama sekali tak terasa, karena pemandangan sepanjang jalan yang
sangat alami sangat asri dan sedap di pandang mata. Hijau pepohonan dan hutan
yang masih alami membuat perasaan menjadi tenang dan adem, meski cahaya mentari
pagi sempat menyengat terutama karena saya duduk di depan.
Begitu tiba di Klasari, sudah
banyak pegawai kesehatan yang ada. Terlebih sudah ramai karena tempat acara
dipusatkan di sebuah sekolah SMP yang murid-muridnya cukup ramai. Karena saya adalah panitia di seksi konsumsi,
maka saya langsung beranjak ke bagian belakang tempat makanan-makanan berada
untuk membanttu teman-teman lain menyiapkan konsumsi yang rupanya sudah di
pesan lewat jasa catering. Ada dua macam masakan yang di pesan. Ada yang khusus
makanan tradisional Papua, dan ada yang makanan umum. Sementara acara mulai
berlangsung, yang dihadiri beberapa pejabat pemerintahan, saya dan beberapa
orang rekan bersibuk-sibuk ria di bagian belakang.
Kebetulan saya bagian menjaga di
menu tradisional. Makanan khas Papua pun terhidang di meja. Ada kasbi rebus
(singkong rebus), petatas rebus (ubi jalar), keladi rebus, sayur acar, sate
ikan tuna, ikan bakar, ikan kuah kuning, sayur tumis bunga pepaya, kemudian ada sayur di bentuk rollade, pembungkus
luar adalah daun papaya, isinya daun
kasbi/singkong, ikan, dan juga teripang. Sungguh makanan-makanan yang benar-benar
membangkitkan selera makan. Namun karena saya yang bagian menjaga makanan, demi
melihat banyaknya makanan tersebut, sayapun sudah merasa kenyang. Alhasil, saya
cuma mencicipi sate ikan tuna karena penasaran seperti apa rasanya, dan
kemudian terbirit-birit berlari menuju bis, karena rupanya bis sudah penuh dan
siap berangkat. Untunglah seorang teman sudah menyisakan saya tempat duduk.
Demikianlah peringatan HKN ke 49
di tempat kami dari sudut pandang seorang seksi konsumsi… hehehe.
bekerja di dunia kesehatan jadi hafal ya HKN
BalasHapusHehe... Sejarahnya itu dibacakan tiap tahun setiap peringatan HKN mba. Jadi tinggal copas saja.... Qiqiqi.... :D
Hapus