Kamis, 05 Desember 2013

Kunjungan ke Puskesmas Klabot


Jumat malam kemarin, tiba-tiba saya di telepon  seorang teman yang meminta menggantikan dia untuk menghadiri Mini Lokakarya Lintas Sektoral di Puskesmas Klabot. Karena saya sendiri belum pernah menginjakkan kaki di tempat tersebut, maka saya mengiyakan saja. Selain menolong teman, kan sekalian jalan-jalan. Hehehe…

Maka keesokan harinya dimulailah perjalanan saya bersama 3 orang teman lainnya ke Distrik Klabot yang ternyata jaraknya cukup jauh. Saya di jemput di rumah pukul 6 pagi, dan kami mulai start dari kantor dinas setengah jam kemudian. Perjalanan ke Klabot melalui banyak kampong dan distrik lainnya, bahkan melalui kabupaten lain. Setelah Klamono, Sayosa, berbelok menuju ke arah Teminabuan yang notabene sudah masuk dalam Kabupaten Sorong Selatan, dan kemudian belok masuk ke Kampung Haha dan terus ke Distrik Klabot.


Perjalanan panjang ini tak terasa melelahkan buat saya, karena pemandangan sepanjang jalan sungguh sedap dipandang mata. Karena jalan ini adalah jalur lintas kabupaten, maka tak begitu banyak kendaraan yang lewat sehingga sopir kami mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi, bahkan saya lihat kadang-kadang hingga 100km/jam sehingga berasa terbang. Jalan yang kadang mulus namun kadang pula tak rata, tak ayal lagi membuat kami berguncang-guncang kesana kemari. Seorang teman saya bahkan sudah mulai merasa mual seperti hendak muntah. Untuk mengatasinya dia terus saja mengunyah berbagai cemilan yang memang sempat kami beli saat singgah di Klamono.

Sempat pula kami berhenti di sebuah kali yang sangat jernih dan berwarna kebiruan. Katanya jika air laut sedang surut, kali ini akan berasa tawar, tapi jika sedang pasang maka berasa asin. Beberapa bocah-bocah kecil sedang asyik mandi dan berenang-renang di air yang sejuk itu.
Puas beristrirahat, kami melanjutkan perjalanan yang ternyata sudah tak jauh lagi. Hingga tiba di sebuah gunung, kami berganti mobil karena mobil pertama yang kami tumpangi tak mampu menembus jalan ke dalam kampung. 
Tak sampai 30 menit kemudian, tibalah kami di kampung Klabot, bertemu dengan para pegawai puskesmas yang ternyata kebanyakan perempuan, serta masyarakat sekitar. Selang 30 menit kemudian kami memulai pertemuan dengan seluruh sektoral kampung seperti para pegawai distrik, kepala sekolah, tokoh-tokoh agama, pemuda, dan bahkan masyarakat setempat. 

Ibu Chrice sendiri yang berangkat bersama kami memulai pertemuannya juga dengan membuat kelas ibu hamil bagi ibu-ibu hamil. Namun karena hanya 3 orang bumil yang berhasil di jaring, maka dipanggillah ibu-ibu lain agar bersama-sama mengikuti kelas tersebut. Lumayanlah buat tambah-tambah ilmu. Hehehe...

Sempat saya berbincang dengan beberapa pegawai puskesmas dan menanyakan bagaimana keadaan mereka di tempat tugas tersebut. Ternyata mereka memang tidak selamanya berada di situ. Dalam sebulan, tidak selamanya mereka di tempat tugas. Kadang 2 minggu, kadang seminggu, namun kadang pula mereka bisa bertahan hingga sebulan penuh baru turun lagi ke kota. Mereka tak bisa terus-menerus di sana selain karena persediaan bahan makanan yang menipis, namun juga karena lokasi puskesmas yang jauh dari pemukiman masyarakat sehingga mereka memikirkan keselamatan mereka (mereka kebanyakan perempuan). Kata mereka untungnya dalam beberapa minggu ini ada tukang yang sedang membangun perumahan puskesmas di situ yang tinggal bersama mereka, jadi mereka berani untuk bertahan. 
Selain masalah tersebut, juga mereka dihadapkan pada masalah biaya transportasi yang sangat besar. Jika kita mencarter mobil, bayarnya adalah 4 juta pp. Tentunya jumlah yang cukup besar.. :( Berapalah gaji seorang pegawai..

Oh ya, di Kampung ini juga terdapat sebuah air terjun yang merupakan lokasi wisata. (meski saya tak yakin sudah berapa banyak orang yang sempat menyaksikannya).
Ketika hendak ke sana, kita berjalan kaki dulu sekitar 250 m lewat jalan setapak yang dibuat oleh mahasiswa waktu mereka KKN di lokasi tersebut yang berupa susunan papan-papan, dan kemudian melanjutkan dengan naik perahu ke lokasi air terjun. Sayang sekali saya tak bisa terus ke tempat air terjunnya karena saat ke sana perahunya tidak berada di tempat, sepertinya sedang dipakai oleh anak-anak setempat. Dan karena kami buru-buru tak ingin kemalaman di jalan, maka kami tak sempat lagi menunggu perahu datang. yah, biarlah... mungkin lain kali bisa ke sana lagi untuk menyaksikan air terjun tersebut.

Perjalanan ini kembali menunjukkan kepada saya, alangkah indahnya alam kita ini, sungguh kaya nusantara kita, dan tentunya adalah tugas kita untuk terus menjaga kelestariannya. :)
























2 komentar:

  1. masih asri ya lingkunagnnay semoga tidak tercemar & bisa dijaga kelestariannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba Lidya... Masih asri banget, jd betah berlama-lama di sana..

      Hapus